NARAKITA, JAYAPURA – Papua tak pernah kehabisan cara untuk membuat mata dunia terpikat. Dari balik rimbunnya hutan dan megahnya pegunungan, tanah Cenderawasih menyimpan permata tersembunyi bernama Kali Biru Genyem—sebuah sungai alami yang kian mencuri perhatian para pencinta alam.
Berada di Kampung Berab, Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Kali Biru Genyem bagaikan oasis yang tersembunyi di balik lebatnya hutan Papua. Airnya berwarna biru kehijauan, jernih hingga dasarnya terlihat jelas. Penduduk lokal menyebutnya dengan nama “Warabiae”, dan tempat ini kini mulai ramai dibicarakan di media sosial.
Keunikan Kali Biru tak hanya terletak pada warna airnya yang memikat. Di sekelilingnya, hamparan hutan lindung menjadi rumah bagi burung-burung langka. Jika beruntung, wisatawan bisa menyaksikan langsung keanggunan burung Cenderawasih yang menari di antara dahan pepohonan.
Tak hanya indah untuk dipandang, Kali Biru juga menawarkan pengalaman yang menyegarkan. Wisatawan bisa berenang atau sekadar merendam kaki di kolam alami yang terbentuk di aliran sungai. Tapi tetap waspada, karena kedalaman air bisa mencapai lima meter di beberapa titik.
Waktu terbaik untuk berkunjung adalah saat matahari sedang tinggi di atas kepala. Pantulan sinarnya menciptakan efek berkilau di permukaan air, menjadikan pemandangan bak lukisan hidup. Udara di sekitarnya pun terasa sejuk karena berada di kaki gunung yang asri dan alami.
Selain wisata alam, Kali Biru Genyem juga menawarkan pengalaman budaya yang otentik. Terletak di tengah pemukiman warga, para pengunjung bisa menyelami tradisi masyarakat setempat—bahkan menginap di rumah warga yang membuka homestay sederhana namun hangat.
Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah belajar menganyam noken, tas tradisional Papua, langsung dari tangan para ibu di Kampung Berab. Aktivitas ini tak hanya memberi pelajaran, tapi juga menjadi bentuk pelestarian budaya yang semakin langka.
Meskipun jaraknya sekitar 65 kilometer dari Bandara Sentani, perjalanan menuju Kali Biru Genyem adalah bagian dari petualangan itu sendiri. Jalanan yang melintasi pegunungan dan lembah menyuguhkan panorama yang memanjakan mata sepanjang perjalanan dua jam tersebut.
Akses ke lokasi sudah cukup baik, bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sesampainya di sana, segala lelah perjalanan terbayar lunas oleh suara gemericik air, aroma dedaunan basah, dan keheningan khas alam liar yang memeluk hati.
Kali Biru Genyem bukan sekadar destinasi wisata; ia adalah ruang spiritual bagi siapa pun yang ingin menjauh sejenak dari riuh dunia. Di sinilah alam dan budaya berpadu menjadi satu kesatuan yang utuh—sebuah pengalaman yang sulit dilupakan.
Di tengah derasnya arus pembangunan dan komersialisasi wisata, Kali Biru Genyem berdiri anggun, seolah ingin berkata bahwa keindahan tak selalu harus ramai. Kadang, ia justru tersembunyi di tempat yang jauh, menunggu untuk ditemukan oleh mereka yang ingin pulang kepada alam.
Jadi, jika suatu hari rindu pada kedamaian yang utuh, bawalah diri Anda ke Papua. Ke Kali Biru Genyem, tempat di mana bumi dan langit tampak bersatu dalam damai. (Anugrah Al Ghazali)