NARAKITA, BANJARNEGARA – Pemerintah Kabupaten Banjarnegara terus menunjukkan komitmennya dalam upaya eliminasi tuberkulosis (TBC) melalui strategi SIMPATIK (Aksi Meningkatkan Penemuan Kasus TBC dengan Intervensi Kolaboratif).
Hal itu ditegaskan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SIMPATIK yang digelar di Aula Dinas Kesehatan Banjarnegara, Jumat (11/7/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, dr. Latifa Hesti Purwaningtyas, M.Kes selaku penggagas inovasi tersebut menyampaikan, bahwa strategi SIMPATIK merupakan langkah konkret yang melibatkan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan pentahelix, yaitu keterlibatan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media.
“SIMPATIK yang baru diluncurkan satu setengah bulan yang lalu, bertujuan memaksimalkan cakupan skrining TBC di masyarakat. Sebelum implementasi, cakupan Januari hingga Mei hanya menjangkau 665 orang dengan temuan 5 suspek. Namun, setelah SIMPATIK dijalankan, cakupan meningkat menjadi 1.116 orang hingga pertengahan Juli,” jelasnya.
Hesti menambahkan bahwa TBC masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional, sehingga strategi ini sangat penting demi mendukung target eliminasi TBC pada 2030. Ia juga mengapresiasi dukungan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, BPJS Kesehatan, CSR dunia usaha dan perbankan serta media massa.
“Lokus atau titik rentan penyebaran TBC yang kami intervensi secara aktif mencakup rumah tahanan, perusahaan, dan pondok pesantren. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih atas sinergi semua pihak dalam mendukung program ini,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara ini.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Banjarnegara, Drs Indarto dalam arahannya mengucapkan selamat kepada dr. Hesty selaku penggagas program perubahan ini. Menurutnya, inovasi SIMPATIK sangat bagus dan relevan dengan kondisi masyarakat kekinian.
“Meski baru diluncurkan setengah bulan yang lalu, namun aksinya sangat berarti karena mampu meningkatkan cakupan skrining yang signifikan daripada sebelumnya,” ungkap Sekda.
Sekda juga menekankan pentingnya pendampingan terhadap pasien TBC. Ia mengingatkan bahwa mereka yang sudah terdeteksi dan memulai pengobatan tidak boleh putus di tengah jalan.
“Pasien yang sudah ditemukan harus terus didampingi hingga sembuh total. Jangan sampai berhenti berobat karena bisa menular ke orang lain. Dengan pendampingan dan pengobatan tuntas, mereka bisa kembali sehat seperti sedia kala,” tegasnya.
Monve diikuti oleh mitra dan relawan dari 35 Puskesmas, kampus, OPD, dan stakeholder lainnya.
Melalui monitoring ini, Pemkab Banjarnegara menegaskan bahwa program SIMPATIK bukan sekadar slogan, melainkan strategi nyata dan berkelanjutan untuk mempercepat penanggulangan TBC di masyarakat, menuju eliminasi tahun TBC 2030.(*)