DI BALIK romantisme percakapan daring, ada bahaya yang mengintai tanpa banyak disadari. Fenomena penipuan berkedok asmara atau love scamming kembali jadi sorotan setelah seorang perempuan pegawai pemerintahan menjadi korban dengan kerugian mencapai puluhan juta rupiah.
Kisahnya bermula dari perkenalan melalui media sosial. Rangkaian obrolan yang awalnya tampak hangat perlahan berubah menjadi jebakan emosional. Dalam waktu singkat, korban merasa menemukan kedekatan dengan sosok pria yang ternyata hanya fiktif.
Bukan pria sungguhan yang menjadi pelaku. Fakta mengejutkan terungkap: pelaku justru adalah seorang perempuan yang menyamar dan memanfaatkan identitas palsu untuk menipu korban.
Modus semacam ini sudah sering terjadi di ranah digital. Media sosial dan aplikasi kencan menjadi ladang empuk bagi pelaku untuk menjerat korbannya melalui profil dan narasi kehidupan yang direkayasa.
Love scamming bukan kejahatan yang menyasar satu gender saja. Pria maupun wanita bisa menjadi korban. Pelaku menyasar sisi emosional manusia, membangun rasa percaya, lalu memanfaatkan kedekatan tersebut demi kepentingan pribadi.
Sebagai referensi terkait fenomena ini, Narakita.id menyusun artikel ini Kamis (19/06/2025), semoga tulisan ini mampu memberikan gambaran dan referensi bagi siapa saja agar lebih waspada terhadap cinta palsu di era digital.
Berikut beberapa jenis penipuan berkedok asmara yang kerap terjadi:
1. Mengaku Anggota Militer atau Profesional Tertentu
Penipu sering kali berpura-pura sebagai tentara atau dokter yang sedang bertugas di luar negeri. Mereka menggunakan identitas palsu dan foto yang dicuri untuk membangun kredibilitas.
2. Permintaan Uang dengan Alasan Mendesak
Setelah hubungan emosional terbentuk, pelaku mulai meminta uang. Modusnya bermacam-macam: ingin beli tiket, keperluan anak, atau untuk mengatasi situasi darurat.
3. Perangkap Video Call Intim
Dengan rayuan, pelaku mengajak korban untuk melakukan panggilan video bersifat pribadi. Rekaman tersebut lalu digunakan sebagai alat pemerasan.
4. Situs Kencan dan Akun Palsu
Sebagian pelaku menciptakan situs kencan palsu atau akun dengan tampilan menarik agar korban tertarik. Setelah itu, komunikasi berpindah ke aplikasi pesan instan.
5. Menghindari Pertemuan Langsung
Pelaku selalu punya alasan untuk tidak bertemu secara langsung. Mereka mengaku terlalu sibuk, sedang di zona konflik, atau merasa tidak nyaman bertemu dalam waktu dekat.
6. Cerita Tidak Konsisten dan Minim Jejak Digital
Profil penipu sering kali terlihat bagus, tapi tidak dapat diverifikasi. Banyak cerita tidak nyambung, dan pencarian identitas daring menunjukkan hasil yang mencurigakan.
7. Minta Komunikasi Lebih Pribadi
Setelah beberapa hari berkenalan, pelaku akan meminta untuk melanjutkan obrolan di luar platform kencan, misalnya ke WhatsApp atau Telegram.
8. Rayuan Intens dan Terstruktur
Pelaku memanfaatkan teknik manipulasi emosional. Mereka merayu secara intens dan terstruktur untuk membuat korban merasa dicintai dan diperhatikan.
9. Banyak Tanya, Minim Cerita
Penipu biasanya aktif menggali informasi pribadi korban tapi menutup diri saat diminta menceritakan lebih lanjut soal dirinya.
10. Iming-Iming Warisan atau Investasi
Modus lain yang juga terjadi adalah janji akan warisan atau investasi besar yang membutuhkan bantuan dana sementara dari korban.
Seiring dengan meningkatnya aktivitas daring, kejahatan digital pun makin canggih. Love scamming bukan sekadar soal kehilangan uang, tapi juga tentang luka emosional dan trauma berkepanjangan.
Waspadai setiap hubungan yang terlalu cepat intens. Jangan ragu untuk melakukan verifikasi dan menjaga batas komunikasi jika dirasa ada kejanggalan. Karena cinta sejati tak seharusnya mengancam, apalagi memeras.