Kamis, 22 Mei 2025
  • Feed
  • Like
  • Save
  • Aktivitas
  • Blog
narakita.id
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
šŸ”„ HOT NEWS
Pramono Anung Tidak Perlu Viral Seperti Kepala Daerah Lainnya
Awas Modus Baru Penipuan! Pakai Suara Pejabat
Juarai Liga Europa 2025, Tottenham Hotspur Akhiri Puasa Gelar
Mengenal Stroke Hemoragik, Penyebab Kepergian Suami Najwa Shihab
Lawan Lemak Perut dengan 5 Minuman Pagi Ini, Efeknya Bikin Ringan Seharian
Font ResizerAa
narakita.idnarakita.id
  • Terkini
  • Sport
  • Serba-serbi
  • Opini
Search
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
Have an existing account? Sign In
Follow US
Ā© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Serba-serbi

Wacana Vasektomi Jadi Syarat Bansos di Jawa Barat, Begini Respon Ulama Buya Yahya, Tegas Banget!

Buya Yahya menjelaskan bahwa vasektomi yang bersifat permanen termasuk bentuk pemandulan yang tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam. Hal ini karena vasektomi memutuskan saluran sperma secara permanen, sehingga dianggap sebagai tindakan memandulkan diri.

Nugroho P.
Last updated: Mei 7, 2025 12:37 pm
Nugroho P.
Mei 7, 2025
Share
3 Min Read
Gubernur Jaw Barat Dedi Mulyadi.
SHARE

NARAKITA, BANDUNG – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali memicu perdebatan publik. Wacananya untuk menjadikan vasektomi sebagai syarat penerima bantuan sosial (bansos) menuai gelombang kritik dan dukungan. Kebijakan kontroversial ini mengundang sorotan luas, terutama dari kalangan umat Islam yang mempertanyakan keabsahannya.

Apa Itu Vasektomi?
Vasektomi merupakan prosedur medis kontrasepsi pada pria dengan memutus saluran sperma dari testis. Dampaknya, air mani tidak lagi mengandung sperma sehingga dapat mencegah kehamilan. Meski dinilai efektif, sifat permanen vasektomi memicu kekhawatiran etis dan agama, terutama dalam konteks menjaga keturunan.

Respons Buya Yahya
Menanggapi polemik ini, Ulama sekaligus pendakwah kondangĀ  KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya memberikan pandangannya. Dalam kajian yang disiarkan di kanal YouTube Al Bahjah TV pada Selasa (6/5/2025), Buya Yahya mengapresiasi niat pemerintah untuk melakukan perubahan yang lebih baik. Namun, ia juga mengingatkan agar masyarakat bijak dalam menyikapi kebijakan tersebut.

“Kalau memang ingin membuat perubahan yang baik, ayo kita dukung kebaikannya,” ujar Buya Yahya. Ia menekankan pentingnya melihat kebijakan dengan sudut pandang yang sehat dan tidak gegabah menilai buruk.

Buya Yahya juga menyarankan agar kritik terhadap kebijakan disampaikan dengan cara santun. Menurutnya, pemimpin adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Jika kebijakan dianggap kurang tepat, sebaiknya disampaikan dengan bahasa yang baik tanpa caci maki.

“Kalau ada kebijakan yang salah, jangan langsung caci maki. Sampaikan dengan cara yang bijak,” tegasnya.

Hukum Vasektomi dalam Pandangan Islam
Buya Yahya menjelaskan bahwa vasektomi yang bersifat permanen termasuk bentuk pemandulan yang tidak diperbolehkan dalam ajaran Islam. Hal ini karena vasektomi memutuskan saluran sperma secara permanen, sehingga dianggap sebagai tindakan memandulkan diri.

“Jika benar itu pemandulan selamanya, maka jelas tidak diperkenankan dalam fiqih,” papar Buya Yahya.

Alternatif Edukasi Pengendalian Kelahiran
Sebagai solusi, Buya Yahya menyarankan pemerintah untuk memberikan edukasi terkait pengendalian kelahiran dengan metode yang tidak menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. Menurutnya, ada banyak metode lain yang lebih diterima dan tidak melanggar norma agama.

“Alangkah baiknya jika diberikan edukasi tentang pengaturan kehamilan dengan cara yang tidak diperdebatkan oleh ulama,” jelasnya.

Wacana ini memunculkan berbagai reaksi. Sebagian mendukung karena dianggap sebagai upaya tegas dalam mengendalikan populasi. Namun, ada pula yang menolak dengan alasan melanggar hak pribadi dan bertentangan dengan ajaran agama.

Tantangan Implementasi Kebijakan
Pemerintah Jawa Barat kini menghadapi tantangan besar dalam menyusun kebijakan yang melibatkan hak pribadi dan norma agama. Beberapa pengamat menilai, perlu ada diskusi lebih mendalam antara pemangku kebijakan, ulama, dan pakar kesehatan agar kebijakan tidak memicu konflik sosial.

Kebijakan ini juga menimbulkan dilemma, apakah efektivitas pengendalian populasi lebih penting daripada menghargai hak reproduksi? Para ahli menyarankan agar kebijakan tidak hanya berfokus pada angka, tetapi juga mempertimbangkan dimensi sosial dan agama.

TAGGED:ide vasektomiKang Dedi MulyadiKDMmetode vasektomiterima bansosWacana Dedi Mulyadi
Share This Article
Email Copy Link Print

T R E N D I N G

Pramono Anung Tidak Perlu Viral Seperti Kepala Daerah Lainnya
Mei 22, 2025
Awas Modus Baru Penipuan! Pakai Suara Pejabat
Mei 22, 2025
Juarai Liga Europa 2025, Tottenham Hotspur Akhiri Puasa Gelar
Mei 22, 2025
Mengenal Stroke Hemoragik, Penyebab Kepergian Suami Najwa Shihab
Mei 22, 2025
Lawan Lemak Perut dengan 5 Minuman Pagi Ini, Efeknya Bikin Ringan Seharian
Mei 22, 2025

Berita Terkait

Bentuk Gedung Kantor baru Imigrasi Semarang
Serba-serbi

Imigrasi Semarang Tambah Kuota Pengurusan Paspor

Moh. Ibnu Abbas
Serba-serbi

Ahmad Luthfi Berkomitmen Kembangkan Ekonomi Kreatif di Jateng

T. Budianto
Serba-serbi

Jejak Terakhir Bersama Sang Suami, Kenangan Terindah Najwa Shihab

Nugroho P.
Serba-serbi

Menguak Faktor di Balik Insiden Keracunan Massal Program MBG di Bogor

Nugroho P.
  • Home
  • Kantor dan Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
narakita.id
Facebook Twitter Youtube Rss Medium

Narakita merupakan media kolaboratif dengan tagline “New Hope for Everyone” yang membuka ruang untuk semua ide, semua koneksi dan semua masa depan.

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?