NAMA Rayyan Arkan Dikha kini menggema tak hanya di kampung halamannya, Desa Pintu Gobang Kari, Kuantan Tengah, Riau, tapi juga hingga ke ranah internasional. Bocah kelas V SD ini mendadak jadi buah bibir setelah aksinya menari di ujung perahu pacu jalur terekam kamera dan viral di TikTok.
Tak disangka, video tarian lincahnya saat berdiri di atas perahu tradisional khas Kuansing menyita perhatian dunia. Bahkan, gerakan tarinya dijadikan selebrasi oleh pemain Paris Saint-Germain (PSG) saat bertanding—menandai bagaimana budaya lokal bisa menembus batas negara.
Dikha, yang dikenal sebagai “Si Tukang Tari Jalur Tuah Kori Dubalang Rajo”, mengaku kaget sekaligus bangga videonya ditonton jutaan orang.
“Sudah saya lihat videonya di TikTok PSG. Rasanya senang sekali, bangga, dan nggak nyangka,” ujarnya dilansir Senin (7/7).
Hebatnya, kemampuan menari di atas jalur itu bukan hasil pelatihan profesional. Ia belajar secara otodidak dengan menonton konten di media sosial, lalu mempraktikkannya saat latihan bersama tim jalur desa. Gaya menarinya yang unik justru lahir dari semangat dan kecintaannya terhadap tradisi.
Aksi Dikha bukan sekadar hiburan visual. Dalam balapan pacu jalur, peran Tukang Tari sangat penting untuk membakar semangat para awak perahu yang mengayuh di Sungai Kuantan. Goyangan tubuh dan hentakan kaki dari ujung perahu menjadi irama yang menyatukan kekuatan tim.
Bakat Dikha pun mengalir dari darah keluarga. Ayahnya, Jupriono, adalah atlet pacu jalur senior di posisi kemudi. Kakaknya, Rakha, pernah dipercaya menjadi Si Tukang Onjai—pembawa ritme dayung di jalur. Tradisi itu kini berlanjut di pundak Dikha yang tampil penuh percaya diri di atas air.
Respons masyarakat terhadap ketenaran Dikha juga luar biasa. Seorang donatur asal Bali menyumbang Rp 5 juta kepada keluarganya lewat perantara konten kreator lokal. Sementara itu, komunitas Boat Dance Kita Group Jakarta menggelontorkan dana Rp 20 juta untuk mendukung jalur Tuah Kori Dubalang Rajo.
Kepala Desa Pintu Gobang Kari, Dadang Muttaqin, menyebut viralnya Dikha telah menyulut semangat baru di kalangan anak-anak Kuansing. Meski belum meraih juara, motivasi mereka untuk terus melestarikan pacu jalur semakin membara.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kuansing, Azhar, menyambut gembira fenomena ini. Ia menegaskan, promosi budaya daerah melalui media sosial kini terbukti efektif. Apalagi pacu jalur telah masuk jajaran Top Ten Kharisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Kini, tarian di ujung jalur tak hanya jadi pengiring lomba, tapi simbol warisan budaya yang mendunia. Lewat langkah-langkah kecil Dikha, tradisi Kuansing telah melompat jauh ke panggung viral kelas internasional. (*)