NARAKITA, YOGYKARTA – Ancaman bencana besar kembali menghantui wilayah pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kawasan ini memiliki potensi diguncang gempa megathrust dengan kekuatan hingga 8,8 Skala Richter (SR).
Gempa dengan kekuatan sebesar itu sangat mungkin memicu gelombang tsunami besar. Estimasi tertinggi menunjukkan tsunami bisa mencapai 22 meter di beberapa titik pantai yang landai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Noviar Rahmad, menyebutkan bahwa kajian dari BMKG menjadi dasar utama dalam menyusun rencana evakuasi dan mitigasi risiko yang saat ini mulai digencarkan.
Dari data pemetaan, terdapat tiga kabupaten yang dinilai memiliki potensi terdampak langsung apabila megathrust benar-benar terjadi: Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Dua di antaranya bahkan masuk kategori jalur bahaya tinggi.
Sebagai referensi, artikel ini disusun Sabtu (14/06/2025) dengan merujuk pada informasi resmi dari BPBD DIY dan BMKG. Harapannya, informasi ini dapat memberikan wawasan dan kewaspadaan dini kepada masyarakat, terutama warga yang tinggal di kawasan pesisir.
Berikut ini beberapa poin penting yang perlu diketahui masyarakat selatan Jogja tentang ancaman megathrust dan langkah mitigasinya:
1. Potensi Gempa hingga 8,8 SR
Wilayah selatan DIY berada dalam zona rawan gempa megathrust akibat pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Energi yang tersimpan berpotensi dilepaskan dalam bentuk gempa besar.
2. Tsunami Bisa Mencapai 22 Meter
Jika gempa terjadi di laut dengan kedalaman tertentu, maka tsunami besar dapat dipicu. Di kawasan Bantul dan Kulon Progo, ketinggian gelombang bisa mencapai 18 hingga 22 meter.
3. Bantul dan Kulon Progo Paling Rawan
Jalur pantai di dua kabupaten ini merupakan wilayah datar yang langsung berbatasan dengan laut. Artinya, risiko terpaan gelombang sangat tinggi jika tsunami terjadi.
4. Gunungkidul Relatif Lebih Aman
Meskipun masih memiliki risiko, banyak wilayah pesisir Gunungkidul berada di tebing-tebing tinggi, sehingga ancaman tsunami lebih kecil di lokasi tersebut.
5. Waktu Emas untuk Evakuasi: 38–42 Menit
Setelah gempa besar, warga punya waktu sekitar 40 menit untuk menyelamatkan diri sebelum gelombang pertama tsunami menghantam. Informasi ini penting untuk mendukung keputusan cepat saat bencana.
6. Zona Aman Berjarak 4 Km dari Pantai
Masyarakat disarankan mengenali titik aman yang minimal berjarak 4 kilometer dari garis pantai. Area di sekitar aliran sungai justru termasuk zona merah karena bisa menjadi jalur masuk tsunami.
7. Tempat Evakuasi Sudah Disiapkan
BPBD DIY telah menyiapkan tempat evakuasi awal dan akhir di tiap kelurahan yang masuk zona rawan. Lokasinya sebagian besar berada di tempat ibadah, balai desa, dan dataran tinggi.
8. Sirene Peringatan Aktif Tiap Bulan
Di Bantul dan Kulon Progo, sistem peringatan dini tsunami telah rutin diuji setiap tanggal 26 setiap bulan. Sirene terhubung langsung ke masjid dan mushola di zona evakuasi.
Meskipun teknologi dan pemetaan sudah semakin maju, bencana tetap tidak bisa dicegah. Satu-satunya cara untuk mengurangi korban jiwa adalah dengan kesiapsiagaan seluruh warga.
Kesadaran masyarakat untuk memahami peta rawan bencana dan melatih evakuasi mandiri menjadi hal yang sangat penting. Tidak kalah penting adalah mengenali sinyal alami seperti surut mendadak air laut setelah gempa.
Dengan informasi ini, diharapkan masyarakat di kawasan selatan DIY bisa lebih siap dan tidak panik jika sewaktu-waktu peringatan dini dikeluarkan.
Ancaman megathrust mungkin belum pasti kapan terjadi, tetapi kesiapan menghadapi skenario terburuk harus dimulai dari sekarang. (*)