NARAKITA, SEMARANG- Melonjaknya harga bahan pokok seperti beras, cabai, dan bawang di pasaran menjadi alarm serius bagi Pemprov Jateng. Gubernur Ahmad Luthfi langsung menginstruksikan optimalisasi langkah pengendalian inflasi, mulai dari pembukaan Toko Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di berbagai daerah hingga penguatan kemitraan pertanian berbasis komoditas unggulan.
Kondisi per 8 Juli 2025 menunjukkan harga beras medium di Jateng telah menembus rata-rata Rp13.565 per kilogram, melampaui Harga Acuan Pembelian (HAP) nasional sebesar Rp12.500. Bahkan di Semarang dan Pekalongan, harganya sudah menyentuh Rp14.750 per kilogram.
Gubernur menegaskan, pengendalian inflasi harus dilakukan secara terpadu antara pemerintah, BUMD pangan, BUMP, dan koperasi lokal. “Saya sudah minta seluruh kabupaten/kota mengikuti 11 daerah yang telah lebih dulu mendirikan Toko TPID. Ini bagian dari intervensi langsung ke masyarakat,” ujarnya dalam rapat koordinasi TPID di Hotel Gumaya, Rabu (16/7).
Langkah lain yang juga terus didorong adalah skema champion komoditas. Misalnya, kemitraan dalam budidaya cabai rawit seluas 300 hektare dengan melibatkan 15 mitra utama, guna memastikan pasokan tetap stabil dan harga terkendali.
Ujung Tombak
Di sisi distribusi, koperasi desa dan kelurahan akan diperkuat menjadi ujung tombak penyebaran bahan pokok di tengah masyarakat. Sementara secara jangka panjang, Pemprov merancang pembangunan ekosistem pangan digital, pelacakan data produksi, hingga pendirian food hub lengkap dengan cold storage untuk menjaga kualitas dan pasokan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng, Rahmat Dwisaputra menyatakan, inflasi Jawa Tengah pada Juni 2025 tercatat 0,24 persen (month-to-month), dengan beras dan cabai sebagai penyumbang tertinggi. “Kami mendukung penuh langkah-langkah konkret Gubernur untuk pengendalian harga bahan pokok penting,” katanya.
Pemprov Jateng menargetkan semua kabupaten/kota terlibat aktif dalam strategi pengendalian ini agar stabilitas harga dan ketahanan pangan daerah tetap terjaga. (*)