NARAKITA, JAKARTA – Salatiga menempati urutan pertama kota tertoleran di Indonesia, berdasarkan Indeks Kota Toleran (IKT) 2024 yang dirilis SETARA Institute.
Salatiga meraih skor 6,544, unggul tipis dari kota Singkawang, Kalimantan Barat, di peringkat dua yang meraih skor 6,420.
Rilis IKT 2024 yang menempatkan Salatiga sebagai kota tertoleran digelar di Ballroom Binakarna, Bidakara, Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Peluncuran IKT ini merupakan edisi ke-8 sejak digelar kali pertama oleh SETARA Institute pada 2015.
Indeks Kota Toleran berisikan laporan penilaian atas kinerja seluruh kota di Indonesia dalam mempromosikan dan mengimplementasikan toleransi dalam kebijakan maupun program di kotanya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama tahun 2024, kota Salatiga, Jawa Tengah, dinobatkan menjadi kota paling toleran di Indonesia.
“Pada tahun 2024, Kota Salatiga melakukan inovasi progresif dalam pemajuan toleransi,” ujar Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan.
Beberapa inovasi dari Salatiga dinilai sangat baik dalam mendorong toleransi, salah satunya adalah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Toleransi Bermasyarakat dan Penanganan Konflik Sosial.
Tidak banyak kota di Indonesia yang berhasil mempromosikan toleransi melalui sebuah produk hukum.
Hanya tiga kota yang berhasil meraih pencapaian ini, yakni Salatiga, Jawa Tengah; Banjarmasin, Kalimantan Selatan; dan Mojokerto, Jawa Timur.
Namun, berdasarkan indikator lain, Banjarmasin dan Mojokerto tidak masuk dalam peringkat sepuluh teratas kota paling toleran di Indonesia.
Sementara itu, kota Semarang, Jawa Tengah, menempati peringkat ketiga dengan indeks toleransi tertinggi, yaitu skor 6,356.
Pada peringkat keempat ada kota Magelang, Jawa Tengah, dengan raihan skor 6,248, diikuti oleh kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan skor 6,115.
Skor toleransi kota Pematang Siantar naik drastis di tahun 2024 dari peingkat 11 pada tahun 2023.
“Kenaikan peringkat ini ditopang kepemimpinan politik (political leadership) yang sangat promotif terhadap pembentukan ekosistem toleransi di Pematang Siantar,” jelas Halili.
Kepemimpinan politik ini ikut menggerakkan kepemimpinan di dalam birokrasi pemerintahan dan juga di lingkup masyarakat agar selaras dengan agenda pemajuan toleransi.
Kemudian, kota dengan indeks toleransi tertinggi di peringkat keenam diisi oleh kota Sukabumi, Jawa Barat, dengan skor 5,968, diikuti Bekasi, Jawa Barat (5,939); Kediri, Jawa Timur (5,925); Manado, Sulawesi Utara (5,912); dan Kupang, Nusa Tenggara Timur (5,853). (*)