Senin, 7 Jul 2025
  • Feed
  • Like
  • Save
  • Aktivitas
  • Blog
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
🔥 HOT NEWS
EBT Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Global 21 Persen pada 2060, Ini Syaratnya
Google Dihukum Bayar Denda Rp 5 Triliun kepada Pengguna Android, Ini Kasusnya
Sekolah Rakyat di Jateng Dibuka, 1.075 Siswa Kurang Mampu Siap Terima Pendidikan Gratis
Jasad Notaris Perempuan Ditemukan di Sungai Citarum, Polisi Amankan Dua Terduga Pelaku
Kasus Penembakan Siswa SMKN 4, DPR Minta Publik Awasi Ketat Proses Hukum
Font ResizerAa
narakita.idnarakita.id
  • Terkini
  • Sport
  • Serba-serbi
  • Opini
Search
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Serba-serbi

Program Barak Militer ala Dedi Mulyadi Tuai Kritik Tajam  dari KPAI, Banyak Temuan Negatif!

KPAI juga menemukan bahwa sebagian peserta program tidak mengetahui alasan mereka ditempatkan di barak militer.

Nugroho P.
Last updated: Mei 17, 2025 9:37 am
Nugroho P.
Mei 17, 2025
Share
3 Min Read
Program pendidikan karakter Pancawaluya di Jawa Barat yang mengadopsi metode barak militer mendapat sorotan tajam dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
SHARE

NARAKITA, BANDUNG – Program pendidikan karakter Pancawaluya di Jawa Barat yang mengadopsi metode barak militer mendapat sorotan tajam dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Program ini diterapkan kepada siswa dengan alasan penguatan karakter, namun pendekatan yang dilakukan justru menuai kritik terkait standarisasi dan dampaknya terhadap peserta.

Jasra Putra, Komisioner KPAI, mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan beberapa persoalan dalam program tersebut. Dari hasil pengawasan, KPAI mencatat bahwa belum ada standar baku dalam penyelenggaraan program, seperti panduan teknis, petunjuk pelaksanaan, dan standar operasional prosedur yang jelas. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan pelaksanaan di dua lokasi berbeda, yaitu Purwakarta dan Lembang.

“Perbedaan tersebut mencakup struktur program, ketersediaan sarana dan prasarana, rasio peserta dan pembina, serta metode pengajaran mata pelajaran sekolah yang tidak seragam. Kondisi ini berpotensi memengaruhi kualitas hasil program secara keseluruhan,” ujar Jasra dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Jumat (16/5).

Selain itu, KPAI juga menemukan bahwa sebagian peserta program tidak mengetahui alasan mereka ditempatkan di barak militer. Beberapa siswa bahkan mengaku hanya menerima instruksi tanpa mendapatkan penjelasan yang memadai. Temuan ini menunjukkan adanya ketidaktepatan dalam pemilihan peserta program.

Menurut Jasra, sebagian besar siswa yang mengikuti program ini berasal dari latar belakang kebiasaan merokok, sering membolos, atau terlibat tawuran. Namun, ada pula sekitar 6,7% siswa yang mengaku tidak mengetahui alasan mereka mengikuti program tersebut. Lebih parahnya lagi, pemilihan peserta tidak dilakukan berdasarkan asesmen psikolog profesional, melainkan hanya melalui rekomendasi guru Bimbingan Konseling (BK).

Kritik lain datang terkait ancaman yang diterima siswa. Ada laporan bahwa mereka yang menolak mengikuti program ini akan terancam tidak naik kelas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa program lebih berfokus pada pendekatan koersif ketimbang pembinaan karakter secara holistik.

Menanggapi temuan tersebut, KPAI meminta Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk segera mengevaluasi program pendidikan karakter Pancawaluya ini. Menurut Jasra, perlu dilakukan pembaruan model program dengan memperhatikan prinsip perlindungan anak serta melibatkan peran orang tua, sekolah, dan lingkungan secara aktif.

“Pemerintah daerah juga harus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap perubahan perilaku peserta, baik selama program berlangsung maupun setelah selesai. Hal ini penting agar perubahan karakter yang diharapkan dapat bertahan dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Jasra.

KPAI juga mengingatkan agar pemerintah pusat dan daerah melakukan evaluasi kinerja lembaga layanan perlindungan anak, sehingga program pendidikan karakter tidak mengabaikan aspek hak anak. Keterlibatan stakeholder dalam perumusan program juga dinilai penting agar tidak ada lagi metode pendidikan yang justru mengancam kesejahteraan siswa.

TAGGED:barak militerdedi mulyadigubernur jawa baratKPAIprogram dedi mulyadi
Share This Article
Email Copy Link Print

T R E N D I N G

EBT Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Global 21 Persen pada 2060, Ini Syaratnya
Juli 6, 2025
Google Dihukum Bayar Denda Rp 5 Triliun kepada Pengguna Android, Ini Kasusnya
Juli 6, 2025
Sekolah Rakyat di Jateng Dibuka, 1.075 Siswa Kurang Mampu Siap Terima Pendidikan Gratis
Juli 5, 2025
Jasad Notaris Perempuan Ditemukan di Sungai Citarum, Polisi Amankan Dua Terduga Pelaku
Juli 5, 2025
Kasus Penembakan Siswa SMKN 4, DPR Minta Publik Awasi Ketat Proses Hukum
Juli 5, 2025

Berita Terkait

Serba-serbi

Air Suci, Nasi 3G, dan Pesona Lereng yang Menggugah Rasa, Sepenggal Kisah dari Festival Gunung Slamet

Nugroho P.
Serba-serbi

Festival Gunung Slamet #8, Dari Bersih Desa hingga Perang Tomat, Purbalingga Tawarkan Perayaan 3 Hari Penuh Pesona

Nugroho P.
Serba-serbi

Pelat Nomor Bisa Ungkap Motor Dibeli Cash atau Kredit, Ini Caranya

Nugroho P.
Serba-serbi

Del Monte Ajukan Bangkrut Setelah 138 Tahun, Tertekan Utang dan Perubahan Selera Pasar

Nugroho P.
  • Home
  • Kantor dan Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
narakita.id
Facebook Twitter Youtube Rss Medium

Narakita merupakan media kolaboratif dengan tagline “New Hope for Everyone” yang membuka ruang untuk semua ide, semua koneksi dan semua masa depan.

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?