• Politik
  • Hukum
  • Ekbis
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Internasional
  • Sirkular
  • Serba-serbi
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Opini
Font ResizerAa
narakita.idnarakita.id
  • Politik
  • Hukum
  • Ekbis
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Internasional
  • Sirkular
  • Serba-serbi
  • Sport
  • Opini
Search
  • Politik
  • Hukum
  • Ekbis
  • Nasional
  • Daerah
  • Pendidikan
  • Internasional
  • Sirkular
  • Serba-serbi
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Opini
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Ekonomi SirkularOpini

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global Picu Peningkatan Rob di Pesisir. Apa Yang Harus Dilakukan?

ROB merupakan fenomena banjir akibat air laut yang pasang, atau naik meluap ke daratan melebihi batas normal. Fenomena ini sangat erat kaitannya dengan perubahan iklim, terkhusus karena terjadinya pemanasan global, sehingga menyebabkan pencairan es di kutub. Selain juga faktor eksploitasi lingkungan oleh manusia secara berlebihan.

baniabbasy
Last updated: Juli 20, 2025 4:50 pm
baniabbasy
Juli 20, 2025
Share
9 Min Read
Kondisi banjir rob yang menggenang di sebagian wiayah pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak yang terus mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Banjir dan rob ini, terjadi karena selain faktor alam (perubahan iklim) juga karena faktor kesalahan manusia mengelola alam. Foto: ilustrasi banjir Semarang
Kondisi banjir rob yang menggenang di sebagian wiayah pesisir Kota Semarang dan Kabupaten Demak yang terus mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Banjir dan rob ini, terjadi karena selain faktor alam (perubahan iklim) juga karena faktor kesalahan manusia mengelola alam. Foto: ilustrasi banjir Semarang
SHARE

BANJIR rob adalah efek nyata dari perubahan iklim yang mengancam keberlangsungan kehidupan di wilayah pesisir Indonesia, tak terkecuali di sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura) mulai Jakarta, Semarang hingga Surabaya. Dampaknya, masyarakat yang tinggal di kawasan langganan rob, terganggu keehatannya, sosialnya, lingkungan dan ekonominya.

Jangankan berfikir untuk membuat usaha lain, tabungan mereka disibukan dengan kondisi permukaan air tanah yang terus menurun (land subsidence), sehingga harus terus berlomba melawan air rob dalam meninggikan rumah tempat tinggalnya. Sementara tambak dan laut yang selama ini menjadi sumber penghidupan, sudah tidak bisa diandalkan lagi.

Dulu, dari laut, mereka masih bisa membawa pulang hasil laut dengan menjadi nelayan. Kepiting, udang, rajungan dan ikan laut, masih mudah didapat. Tak perlu pakai perahu, 50 ekor keeping masih bisa didapat. Sekarang menurun drastis. Malah bisa jadi minus lantaran operasional dan BBM perahu saat berlayar ke tengah laut mencari ikan.

Sementara tambak yang menjadi andalan tabungan hidup, juga sudah tidak bisa lagi diandalkan. Dulu menabur benih bandeng dan udang, empat sampai enam bulan kemudian pasti mendapatkan hasil besar. Sekarang, benih bandeng dan udang yang ditebar, dalam waktu tidak kurang dari seminggu, langsung terkapar mati berjejeran. Air tambak sudah tercemar, sehingga tambak tak lagi dapat ditinggali ikan bandeng dan udang.

Pun senada dengan tanaman pangan lainnya. Kini tak lagi dapat hidup lama dari tanam hingga panen. Hari ini ditanam, seminggu kemudian mati layu di atas hamparan. Ekosistem alam pesisiran sepertinya sudah tak nyaman lagi untuk tinggal dan menggantungkan kehidupan. Tidak hanya bagi hewan dan tanaman, bahkan bisa jadi juga sudah tidak nyaman lagi untuk ditinggali manusia.

Faktor Aktivitas Manusia

Hasil studi akademisi Universitas Katholik Soegijapranata (UNIKA) Semarang, perubahan iklim memicu kenaikan intensitas dan frekuensi banjir rob di wilayah pesisir pantai utara Jawa. Rob ini tidak hanya terjadi saat musim hujan tetapi juga musim kemarau.

Kenaikan permukaan air laut hingga 0,8-1 meter diikuti dengan penurunan tanah akibat ekstraksi air tanah, smakin mempercepat risiko kerusakan wilayah pesisir, termasuk desa-desa yang terancam tenggelam terutama di pantai utara Pulau Jawa.

Selain factor perubahan iklim akibat pemanasan gloal, frekuensi banjir rob juga diyakini semakin meningkat setiap tahun, karena faktor aktivitas manusia.

Kenaikan permukaan air laut misalnya, sebagai akibat dari pemanasan global yang menyebabkan pencairan es di kutub dan ekspansi termal air laut. Permukaan air laut yang terus naik ini meningkatkan resiko banjir rob di Kawasan pesisir, termasuk Semarang-Demak.

Kondisi diperparah dengan adanya penurunan muka tanah akibat ekstraksi air tanah secara berlebihan. Terutama di wilayah perkotaan seperti Semarang dan Jakarta. Penurunan tanah ini bisa mencapai belasan sentimeter per tahun dan memperparah kondisi banjir rob karena daratan menjadi lebih rendah terhadap permukaan air laut.

Peningkatan intensitas cuaca ekstrem berkat perubahan iklim, seperti badai dan gelombang laut yang tinggi, turut memicu banjir rob lebih sering dan parah, bahkan di luar musim hujan.

Belum lagi soal kerusakan ekosistem pesisir seperti mangrove yang berfungsi sebagai penahan gelombang laut, akibat reklamasi dan pembangunan yang tidak terkendali, memperbesar kerentanan wilayah terhadap banjir rob.

Urbanisasi dan alih fungsi lahan yang memperkecil daya serap air dan meningkatkan risiko banjir, serta penggunaan lahan yang menyebabkan lahan menjadi kedap air, memperparah genangan air pasang.

Faktor lainnya, faktor astronomis seperti pasang maksimum air laut karena gravitasi bulan juga turut mempertinggi peluang terjadinya banjir rob, terutama saat spring tide. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kejadian banjir rob meningkat hingga 46% dalam tiga tahun terakhir.

Kombinasi antara kenaikan permukaan air laut, epnurunan muka tanah, cuaca ekstrim (factor alam), dan aktifitas manusia mulai dari reklamasi yang buruk pengelolaan, dan pengambilan air tanah berlebihan, menjadi penyebab utama kenaikan frekuensi banjir rob dari tahun ke tahun di wilayah pesisir.

Eksploitasi air tanah berlebihan di wilayah erkotaan, menyebabkan penurunan muka tanah (land subsidence), sehingga permukaan daratan menjadi lebih rendah dan lebih rentan terhadap luapan air laut saat pasang.

Begitu pula kegiatan reklamasi pantai tanpa kajian matang yang tidak memperhitungkan kenaikan muka air laut dapat menurunkan muka tanah dan menciptakan genangan baru di sekitarnya, memperparah banjir rob.

Ulah manusia yang dengan sengaja membabat hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan gelombang dan pelindung alami pesisir, membuat wilayah pesisir rentan terhadap abrasi dan gelombang laut tinggi.

Parahnya lagi, adanya perubahan tata ruang dan alih fungsi lahan. Seperti pembangunan pemukiman dan infrastruktur tanpa memperhatikan daya dukung dan resapan air, meningkatkan risiko banjir karena memperkecil daerah resapan air dan memperparah genangan.

Persoalan klasik lainnya adalah pembuangan sampah sembarangan yang menyumbat saluran air dan drainase memperburuk genangan air saat banjir rob terjadi.

Pun demikian dengan pertumbuhan penduduk pesisir yang pesat meningkatkan tekanan pada lingkungan, pencemaran, dan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan, sehingga memperbesar kerentanan wilayah terhadap banjir rob.

Ringkasnya, selain faktor alam seperti kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim, aktivitas manusia seperti pemompaan air tanah, reklamasi, penggundulan mangrove, perubahan penggunaan lahan, dan manajemen lingkungan yang buruk menjadi faktor utama yang memperparah risiko banjir rob di wilayah pesisir.

Reklamasi pantai

Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir yang diantaranya dengan melakukan reklamasi dan pengurugan lahan di wilaya pesisir, menyumbang perceptan kenaikan risiko banjir rob.

Bagaimapaun juga, kegiatan reklamasi seara langsung merusak ekosistem alami pesisir, terutama hutan mangrove yang berperan sebagai penahan gelombang dan penyerap air pasang. Hilangnya mangrove menyebabkan garis pantai lebih rentan terhadap abrasi dan gelombang laut yang semakin besar, sehingga memperparah banjir rob.

Pengurugan pantai atau tepi laut berbalut reklamasi, secara langsung mengubah dinamika arus laut dan gelombang laut. Sehingga sebelum melakukan reklamasi, dilakukan terlebih dahulu memagari laut dengan bendungan menggunakan bambu atau timbunan batu yang diusungi dari daratan. Reklamasi mengubah morfologi pantai dan saluran air pasang surut sehingga berpotensi memicu perubahan gelombang naik ke daratan yang dapat mempertinggi genangan rob, seperti yang terjadi di kawasan pesisir Semarang dan Jakarta.

Reklamasi juga menciptakan genangan baru di wilayah reklamasi jika proses reklamasi tidak mempertimbangkan kenaikan muka air laut. Tanah reklamasi yang dibuat lebih rendah atau tanpa drainase memadai akan lebih mudah tergenang air pasang naik dan banjir rob. Seperti halnya wilayah pesisir Semarang yang robnya menjalar hinigga ke wilayah Sayung Demak.

Selain itu, reklamasi juga turut memicu dan mempercepat penurunan muka tanah akibat beban bangunan baru dan aktivitas pembangunan lain tanpa pengelolaan lingkungan yang baik, sehingga permukaan daratan makin rendah terhadap muka air laut.

Iya. reklamasi yang buruk, dan tanpa mempertimbangkan dampak kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim akan mempercepat dan memperparah intensitas serta frekuensi banjir rob di kawasan pesisir.

Upaya mitigasi harus melibatkan kajian lingkungan menyeluruh, konservasi ekosistem pesisir, dan tata kelola penggunaan lahan yang berkelanjutan untuk mengurangi risiko tersebut.

Pendekatan mitigasi yang melibatkan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, penataan ruang yang baik, dan partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk mengurangi dampaknya.

Dampak Serius Banjir Rob

Banjir rob membawa dampak serius terhadap kehidupan masyarakat pesisir. Dari sisi sosial dan kesehatan, warga yang tinggal berdampingan banjir rob, rentan terkena penyakit yang ditularkan melalui air seperti diare dan penyakit kulit. Secara sosial, warga yang tinggal di kawasan rob secara naluriah memiliki kecemasan, trauma, dan depresi.

Dalam kajian lingkungan, banjir rob secara langsung merusak ekosistem pesisir seperti hutan mangrove dan terumbu karang yang berperan sebagai pelindung alami. Genangan air rob juga sangat berbahaya bagi kendaraan karena air rob memudahkan terjadinya korosi barang metal dan baja seperti halnya kendaraan bermotor.

Banjir dan rob cukup mengganggu ekonomi warga dan merusak infrastruktur lingkungan. Mulai dari merendam wilayah pemukiman, merusak infrastruktur penting, mengganggu aktivitas pertanian dan perikanan. Fenomena ini bahkan sudah terjadi secara nyata di berbagai wilayah Indonesia.

Penanggulangannya memerlukan intervensi terkoordinasi, seperti restorasi ekosistem pesisir, pembangunan infrastruktur tahan banjir, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan peningkatan sistem peringatan dini serta edukasi masyarakat mengenai dampak perubahan iklim.(*)

TAGGED:headlineopini narakitapemanasan globalperubahan iklimPula Jawa terancam perubahan iklimWarga Sayung Demak korban rob
Share This Article
Email Copy Link Print

T E R K I N I

Mbak Ita berdiri usai diperiksa sebagai terdakwa dalam sidang korupsi di Pengadilan Tipikor Semarang, Rabu (23/7/2025). (bae)
Mbak Ita Menangis di Ruang Sidang Tipikor: Saya Minta, Selama Ini Saya Berusaha . . .
Juli 24, 2025
Mau Bayar Tiket Kereta di Indomaret? Begini Cara Mudah dan Praktisnya
Juli 23, 2025
Aktif, Syar’i, dan Nyaman: Panduan Hijab Olahraga bagi Muslimah
Juli 23, 2025
Kelapa Bakar, Benarkah Ini Minuman Ajaib dan Bermanfaat?
Juli 23, 2025
Alwin Basri, suami Mbak Ita mengikuti sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tipikor Semarang, Rabu (23/7/2025). (bae)
Deretan Koleksi 17 Jam Mewah Alwin Basri Suami Mbak Ita, Ada Rolex Rp600 Juta
Juli 24, 2025

Trending Minggu Ini

Deretan Skandal Ijazah Palsu Pejabat di Belahan Dunia
Juli 19, 2025
Partainya Keluarga Jokowi, Kaesang Kembali Terpilih Jadi Ketua Umum PSI
Juli 19, 2025
Polda Jabar Telusuri Tragedi di Pernikahan Anak Gubernur Dedi Mulyadi
Juli 19, 2025
Gubernur Luthfi Dinobatkan Sebagai Kepala Daerah Inspiratif
Juli 19, 2025
Putusan MK Tegaskan Kedudukan Wamen Setara Menteri: Dilarang Rangkap Jabatan!
Juli 19, 2025

Berita Terkait

Nasional

Puan: Perwira Muda Harus Jadi Benteng Rakyat yang Cerdas dan Humanis

T. Budianto
Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Desa Pucangan, Kecamatan Montong, Tuban, Jawa Timur, ditutup sehari setelah diresmikan. Padahal KDMP Pucangan adalah Koperasi Merah Putih Percontohan
Daerah

Bikin Geger! Baru Sehari Diresmikan, Koperasi Merah Putih Percontohan di Tuban Langsung Tutup

R. Izra
Tentara bayaran Rusia dalam perang melawan Ukraina, Satria Arta Umbara, menangis ingin jadi WNI lagi.
Internasional

Tentara Bayaran Rusia Nangis-nangis Ingin Jadi WNI (Lagi)!

R. Izra
Daerah

Gubernur Jateng: Koperasi Merah Putih Dorong Kesejahteraan Desa

T. Budianto
narakita.id
Facebook Twitter Youtube

Narakita merupakan media kolaboratif dengan tagline “New Hope for Everyone” yang membuka ruang untuk semua ide, semua koneksi dan semua masa depan.

  • Home
  • Kantor dan Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Penggunaan
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?