NARAKITA, SEMARANG – Pengamat militer Andy Suryadi mengkritik banyaknya warga sipil di lokasi pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Garut, Jawa Barat. Tercatat ada 9 warga sipil yang tewas dalam kejadian itu, selain 4 anggota TNI.
Pengajar Sejarah Militer dan Kepolisian dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini menyebut perlu adanya investigasi mendalam untuk menggali apa penyebab jatuhnya banyak korban.
“Sehingga (dengan investigasi) nanti jelas apakah ini karena sesuatu yang di luar perhitungan semata atau ada prosedur yang dilanggar,” ujar Andy saat diwawancarai Senin (12/5/2025) malam.
“Hasil investigasi mendalam tentu penting untuk mendapatkan gambaran siapa yang harus bertanggung jawab dan bagaimana agar ke depan tidak terulang,” imbuhnya.
Koordinator Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol) Indonesia ini mengatakan, secara logika ada dua hal yang harus menjadi fokus dalam investigasi.
Pertama terkait teknis pemusnahan, apakah sudah memenuhi syarat yang diatur dalam Juklak Kemenhan Nomor 4/VI/2010 Poin 10 dan 12 di mana harus mempertimbangkan prinsip keketatan, kelayakaan, dan keamanan pelaksanaan.
Kedua, fokus dalam investigasi banyaknya warga sipil yang ada di sekitar lokasi. “Kenapa bisa terjadi dan diperbolehkan padahal jika mengikuti prosedur yang harus ketat dan mempertimbangkan keamanan tentu ini termasuk hal yang sangat patut dipertanyakan,” paparnya.
Menurut Andy, kehadiran warga sipil di lokasi pemusnahan, selain kurang sesuai dengan juklak, tentu keberadaan orang di luar yang memiliki kewenangan dan kemampuan dalam peristiwa tsb memperbesar potensi kerawanan.
Sebab, mereka bisa saja membawa atau melakukan sesuatu yang berpotensi membahayakan karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap kondisi dan kerja amunisi yang mau dimusnahkan. Serta jika terjadi sesuatu di luar dugaan, akan memperbanyak jumlah korban.
“Jika nyimak berita bahwa kedatangan warga sipil sudah jadi kebiasaan, tentu ini harus jadi pelajaran yang sangat mahal agar jangan sampai terjadi lagi,” kata Andy.
Sebelumnya, Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Kristomei Sianturi menjelaskan mengapa ada korban warga sipil saat pemusnahan amunisi di Garut pada Senin (12/5/2025) pagi.
Ia menganggap wajar adanya warga sipil yang merapat ke lokasi usai pemusnahan dilakukan. Sayangnya dalam kejadian kemarin, terjadi ledakan susulan hingga menimbulkan korban jiwa.
“Biasanya selesai peledakan masyarakat datang untuk mengambil sisa ledakan tadi, apakah serpihan-serpihan logamnya yang dikumpulkan, tembaga atau besi, bekas dari granat atau mortir,” kata Kristomei kepada media. (bai)