NARAKITA, VATIKAN – Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat resmi terpilih sebagai Paus ke-267, menggunakan nama Paus Leo XIV. Terpilihnya Paus asal Amerika Serikat ini mengguncang tradisi panjang Gereja Katolik yang biasanya dipimpin oleh Paus dari Eropa.
Sejak asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina pada Kamis, 8 Mei 2025, dunia segera tahu bahwa ada sejarah baru yang tercipta. Kardinal Protodeacon Dominique Mamberti mengumumkan terpilihnya Paus baru dari balkon Kapel Sistina, Roma. “Aku memberitakan kepadamu suka cita yang besar. Kita memiliki seorang Paus: Tuan yang Maha Terkemuka dan paling terhormat, Robert Francis, Kardinal Gereja Roma Suci Prevost yang telah memilih nama Paus XIV,” ungkapnya dalam siaran langsung melalui Instagram dan X Vatican News.
Paus dari Benua Amerika
Paus Leo XIV merupakan Paus kedua dari Benua Amerika, setelah Paus Fransiskus yang berasal dari Argentina. Sebagai Paus Amerika pertama, ia dianggap sebagai simbol perubahan dalam hierarki Gereja Katolik. Kehadirannya mencerminkan keberanian Gereja dalam memilih sosok dari luar Eropa, seolah ingin memperluas cakupan pengaruhnya di dunia yang semakin global.
Pengamat Vatikan menilai, pemilihan ini menunjukkan bahwa Gereja Katolik kini lebih terbuka dalam mempertimbangkan asal-usul pemimpinnya. “Ini bukan sekadar pemilihan seorang Paus, tetapi juga pernyataan bahwa Gereja siap menyapa dunia dengan wajah baru,” ujar Joseph Ratzinger Institute.
Sosok Reformis di Kursi Kepausan
Paus Leo XIV dikenal sebagai pribadi yang sederhana dan penuh dedikasi. Selama puluhan tahun, ia menjalani kehidupan misionaris di Amerika Selatan dan menjadi uskup di Peru. Ia juga pernah memimpin kantor Vatikan yang bertanggung jawab dalam pengangkatan uskup. Kiprahnya selama ini menunjukkan karakter pemimpin yang dekat dengan umat dan memahami masalah sosial secara mendalam.
Sebagai seorang reformis, ia dianggap sejalan dengan visi Paus Fransiskus yang menekankan inklusivitas dan solidaritas. Dalam berbagai kesempatan, Paus Leo XIV kerap menyuarakan pentingnya mengedepankan cinta kasih sebagai inti dari kehidupan beragama.
Tantangan Gereja di Era Modern
Namun, terpilihnya Paus Leo XIV juga menyisakan tantangan besar. Salah satunya adalah bagaimana ia mampu mempertahankan semangat reformasi Paus Fransiskus sambil menanggapi perubahan sosial yang terus berkembang. Pandangan konservatif dan progresif dalam tubuh Gereja terkadang saling bertentangan, dan Paus baru ini harus cermat menyeimbangkan keduanya.
Selain itu, skandal dalam Gereja juga menjadi sorotan. Publik mengharapkan agar Paus Leo XIV mampu menangani isu-isu sensitif ini dengan bijak dan transparan. Reformasi struktural serta peningkatan akuntabilitas menjadi agenda besar yang menantinya.
Suara Umat dari Amerika
Di kampung halamannya, Chicago, terpilihnya Paus Leo XIV disambut dengan rasa bangga. “Akhirnya, seorang Paus dari Amerika! Kami merasa ini adalah tanda bahwa Gereja tidak melupakan kami,” ujar Pastor John Donovan, kolega lamanya.
Paus Leo XIV dikenal sebagai tokoh yang menjembatani dialog lintas budaya. Latar belakangnya sebagai misionaris di Amerika Latin memberinya pemahaman mendalam tentang pluralitas dan keberagaman. Umat Katolik Amerika Serikat merasa keterpilihannya merupakan representasi langsung dari perjuangan mereka untuk lebih didengar dalam komunitas global.
Harapan dan Kekhawatiran
Di balik euforia ini, ada juga yang mempertanyakan apakah seorang Paus asal Amerika mampu memahami dinamika Gereja di Eropa, terutama di negara-negara dengan sejarah Katolik yang kuat seperti Italia, Spanyol, dan Prancis. “Harapan besar dibebankan kepadanya. Namun, kita harus realistis bahwa perubahan tidak akan terjadi secara instan,” ujar Profesor Teologi Roberto Mancini dari Universitas Gregoriana.
Meski begitu, Paus Leo XIV dianggap sebagai pribadi yang ulet dan penuh komitmen. Ia berjanji akan mendengarkan umat dan bekerja keras agar Gereja tetap relevan di tengah modernitas.
Masa Depan Gereja di Bawah Paus Leo XIV
Di masa depan, Paus Leo XIV akan dihadapkan pada isu lingkungan, hak asasi manusia, dan kesejahteraan sosial. Dunia berharap kepemimpinannya dapat menyeimbangkan tradisi dengan inovasi, menjaga kesejatian iman sembari membuka dialog dengan dunia modern.
Sebagai simbol perubahan dari Amerika, Paus Leo XIV memiliki kesempatan besar untuk memperluas pengaruh Gereja di kawasan yang selama ini kurang terwakili. Meski tantangan besar menantinya, Paus Leo XIV tetap teguh dalam keyakinannya bahwa kasih adalah kunci untuk menjawab segala persoalan.
Dengan wajah teduh dan senyum hangatnya, ia menyapa umat dari balkon Kapel Sistina, mengisyaratkan harapan baru dalam Gereja Katolik. Dunia kini menantikan langkah nyata dari Paus Leo XIV, pemimpin yang datang dari Negeri Paman Sam, membawa semangat perubahan dan persatuan.