PERNYATAAN tentang manfaat minum dua liter susu setiap hari untuk meningkatkan tinggi badan sempat menghebohkan publik. Namun, para pakar medis justru menilai klaim tersebut menyesatkan dan tak berdasar secara ilmiah.
Salah satunya datang dari dokter spesialis anak, dr. Ian Suteja, Sp.A, yang dengan tegas menyatakan bahwa dalam dunia kedokteran tidak ada anjuran semacam itu. Ia menjelaskan bahwa kebutuhan susu pada anak sangat bergantung pada usia dan berat badan, bukan takaran seragam seperti dua liter sehari.
āTidak ada satupun pedoman medis yang menyarankan konsumsi susu sampai dua liter, apalagi untuk anak-anak. Itu sama sekali tidak logis jika dilihat dari kebutuhan cairan tubuh,ā jelas Ian saat ditemui dalam sebuah acara kesehatan di Jakarta.
Pada enam bulan pertama, memang benar bayi sepenuhnya bergantung pada asupan susu. Namun, kebutuhan cairan mereka hanya sekitar 140 ml per kilogram berat badan. Misalnya, bayi dengan berat tujuh kilogram, hanya memerlukan sekitar satu liter cairan per hari, bukan dua.
Memasuki usia enam hingga sembilan bulan, proporsi asupan mulai berubah: sekitar 70 persen berasal dari susu, dan sisanya dari makanan pendamping atau MPASI. Lalu, di usia sembilan hingga dua belas bulan, komposisinya menjadi seimbang antara susu dan MPASI.
āKalau usia sudah lebih dari setahun, malah seharusnya susu hanya menyumbang sekitar 30 persen dari total asupan. Sisanya dari makanan padat. Jadi, dua liter itu sudah di luar batas wajar,ā lanjut Ian.
Menurutnya, saat anak berusia dua tahun ke atas, asupan utama berasal dari makanan. Tidak mengonsumsi susu pun tak menjadi masalah selama kebutuhan nutrisi harian sudah terpenuhi dari sumber lain.
Hal yang menjadi perhatian utama para dokter adalah risiko kelebihan gizi. Ian mengungkapkan, terlalu banyak minum susu justru bisa memicu kelebihan berat badan. Buku pedoman kedokteran anak menyebutkan bahwa anak usia satu tahun ke atas sebaiknya tidak mengonsumsi susu lebih dari 480 ml per hari.
āKalau sampai lebih dari 450 ml saja sudah dianggap kelebihan, apalagi dua liter. Risiko obesitas bisa meningkat,ā kata Ian memperingatkan.
Ia menambahkan bahwa banyak orang tua terjebak anggapan lama bahwa semakin banyak susu, maka anak akan semakin tinggi atau cerdas. Padahal, pertumbuhan tinggi badan ditentukan banyak faktorātermasuk genetika, pola makan seimbang, dan aktivitas fisik.
Dalam konteks program makan bergizi nasional pun, Ian menyarankan agar susu yang diberikan harus dikontrol kandungan gulanya. āKita harus pastikan kalau pun ada susu dalam program pemerintah, jangan sampai justru jadi pemicu masalah kesehatan lain karena tinggi gula,ā ujarnya.
Ia pun mengingatkan para orang tua untuk tidak menjadikan susu sebagai satu-satunya sumber gizi. Nutrisi seimbang dari sayur, buah, protein hewani dan nabati tetap harus menjadi prioritas utama.
Dengan tegas Ian menyimpulkan, klaim bahwa dua liter susu per hari bisa bikin tinggi hanyalah mitos yang tak selaras dengan sains. Ia mengimbau masyarakat untuk lebih cermat menyaring informasi, terutama yang berkaitan dengan kesehatan anak.
āJangan sampai niat memberi yang terbaik justru membahayakan anak karena kita menelan mentah-mentah informasi yang belum teruji,ā tutupnya. (*)