NAMANYA bukan hanya terpampang di daftar pemain inti Timnas Voli Putri Indonesia, tapi juga rutin menghiasi halaman pencarian Google, TikTok, hingga Instagram. Shella Bernadetha, atlet voli asal Bandung ini tak hanya mengandalkan smash keras dan block tajam, tapi juga daya tarik personal yang memikat hati publik.
Lahir pada 31 Oktober 1999 di Kota Bandung, Shella mewarisi darah Nusa Tenggara Timur dan Bengkulu. Kombinasi dua kultur itu seolah memberi energi eksplosif dalam tubuh ramping setinggi 177 cm. Posturnya sangat ideal untuk posisi middle blocker, yang mengandalkan kecepatan, kelincahan, dan kekuatan lompatan.
Ketertarikannya pada voli dimulai sejak bangku sekolah. Namun debut profesionalnya dimulai pada 2017 saat ia bergabung dengan Jakarta Elektrik PLN. Tak tanggung-tanggung, Shella langsung menyabet gelar juara Proliga di musim perdananya. Dari situlah kariernya terus menanjak.
Pada 2022 dan 2023, Shella memperkuat Bandung BJB Tandamata. Penampilannya bersama klub ini benar-benar memikat mata para pengamat dan penggemar voli nasional. Bersama kapten tim Wilda Siti Nurfadilah, Shella membentuk dinding pertahanan yang sulit ditembus lawan.
Kemampuannya di lapangan dibarengi dengan kepribadian yang ramah dan ekspresif, membuat Shella mudah disukai. Hal ini dibuktikan lewat akun Instagram dan TikTok-nya yang ramai pengikut. Ia pun sering mendapat endorse dari berbagai produk, mulai dari perlengkapan olahraga hingga skincare.
Kariernya bukan hanya cemerlang di level klub. Bersama Timnas Indonesia, Shella juga mempersembahkan medali SEA Games dan SEA V League. Medali perunggu pada 2019 dan 2022 menjadi bukti kontribusinya di kancah internasional.
Dikutip dari kanal Instagram @shellabernedethaa, Shella terus menjaga ritme dan performanya. Ia rutin membagikan momen latihan, kebersamaan tim, hingga kegiatan sehari-hari yang menginspirasi banyak perempuan muda.
Prestasi demi prestasi terus dicetak. Di antaranya, juara Proliga 2022 dan 2023 bersama Bandung BJB Tandamata, serta gelar juara PON XX Papua 2021 mewakili Jawa Barat. Saat ini, Shella telah mengikuti kualifikasi PON 2024, masih dengan ambisi membawa Jawa Barat ke podium.
Di luar lapangan, kehidupan pribadinya pun kerap jadi bahan sorotan. Ia pernah menjalin hubungan dengan pesepakbola Bagus Kahfi, kisah asmara yang jadi buah bibir di media sosial karena kebersamaan mereka yang sempat terlihat mesra.
Namun kisah cinta itu berakhir, dan kini Shella menjalin hubungan dengan pebasket Daniel Wenas. Hubungan mereka juga menjadi perbincangan hangat publik, apalagi Daniel adalah sosok atlet papan atas yang dikenal luas di dunia basket Indonesia.
Shella tidak pernah menutupi kisah asmaranya. Ia terbuka dan santai menghadapi pertanyaan seputar kehidupan pribadinya. Baginya, itu bagian dari keseharian publik figur yang harus dijalani dengan dewasa.
Meski begitu, Shella tetap menjaga fokus pada karier atletiknya. Ia berlatih keras, menjaga kondisi fisik, dan tetap aktif mengikuti kompetisi resmi. Di sela kesibukannya, ia juga kerap membagikan tips kebugaran dan motivasi lewat media sosial.
“Yang penting kita konsisten. Baik di lapangan maupun di luar lapangan. Karena atlet juga panutan,” tulisnya dalam salah satu unggahan Instagram.
Popularitas Shella tidak datang dalam semalam. Ada kerja keras, disiplin, dan keberanian yang membentuknya menjadi sosok atlet inspiratif. Sosok yang membuktikan bahwa perempuan juga bisa bersinar lewat olahraga.
Perjalanan kariernya terus berkembang. Dari Jakarta Elektrik PLN, lalu ke Jakarta BNI 46, hingga bersinar di Bandung BJB Tandamata, Shella menunjukkan bahwa konsistensi adalah kunci dari ketenaran.
Tak hanya fisik yang kuat, Shella juga menunjukkan kekuatan mental luar biasa. Ia tangguh menerima pujian dan kritik, dan terus menjaga semangat positif bagi sesama atlet perempuan di Indonesia.
Kini, banyak anak muda yang mulai melihat Shella bukan hanya sebagai pemain voli, tapi juga figur panutan. Seorang perempuan yang mampu menyeimbangkan prestasi, popularitas, dan kehidupan pribadi dengan bijak.
Shella Bernadetha membuktikan satu hal penting: menjadi atlet perempuan di Indonesia bukan hanya mungkin—tapi bisa sangat bersinar. Dan kisahnya belum selesai. (*)