NARAKATA, JAKARTA – Uang hasil judi online (judol) dicuci untuk bisnis perhotelan di Semarang. Bagaimana modus dan alurnya?
Terdakwa kasus pencucian uang atau money laundry bisnis judi online (judol), Firman Hertanto alias Aseng menyisihkan sebagian uang panasnya untuk membangun Hotel Aruss Semarang.
Berdasarkan dakwaan disebutkan, dalam kurun waktu 2020-2022, Aseng menerima aliran dana Rp402,8 miliar dari judol dengan domain AGEN138, DAFABET, dan Judi Bola.
Uang tersebut secara bertahap dialihkan ke beberapa rekening, di antaranya ditransfer ke rekening PT Arta Jaya Putra di mana Aseng selaku komisaris utama dan anaknya selaku direktur.
Lewat perusahaan tersebut, Aseng menyisihkan sebagian hasil judol untuk membangun Hotel Aruss yang beralamat di Jalan Dr Wahidin Nomor 116 Kota Semarang, Jawa Tengah.
“Kemudian secara bertahap sebesar Rp73,7 miliar digunakan untuk membayar jasa kontraktor pelaksana pembangunan Hotel Aruss,” beber Jaksa dalam dakwaan, dikutip dari SIPP PN Jakarta Utara pada Minggu (11/5/2025).
Selain itu, melalui PT Arta Jaya Putra, Aseng menempatkan uang hasil judol dalam bentuk dua deposito bank, masing-masing sebesar Rp30 miliar, seolah-olah uang tersebut bukan berasal dari kejahatan atau tindak pidana.
Dalam perkara ini, jaksa mendakwa Firman alias Aseng dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).
Kasus pencucian uang judol ini mencuat ke publik setelah dirilis Direktorat Tindak Pidana Khusus Bareskrim Polri.
Sebelum perkara ini disidangkan, pada awal tahun 2025 polisi telah menyita Hotel Aruss Semarang karena diduga menjadi aset hasil pencuian uang judol
Saat itu, kuasa hukum manajemen Hotel Aruss, Ahmad Maulana mengatakan bahwa pihaknya menghormati proses hukum yang tengah berjalan dalam pengusutan kasus dugaan pencucian uang hasil judol.
Maulana menjelaskan, status penyitaan ini bukan berarti diambil alih, melainkan Hotel Aruss Semarang dijaga dan diawasi Mabes Polri. “Disita itu dalam pengawasan dan penjagaan tidak mengurangi operasional,” paparnya. (bai)