NARAKITA, SEMARANG – Insiden ledakan amunisi TNI yang menimbulkan korban luka maupun tewas, tidak hanya terjadi saat proses pemusnahan amunisi di Garut, Jawa Barat pada Senin (13/5/2025).
Pengajar Sejarah Militer dan Kepolisian di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Andy Suryadi mengungkap deretan insiden ledakan amunisi milik korps bersenjata Indonesia.
Menurut pengamatan Andy, ledakan amunisi di Garut baru-baru ini merupakan insiden yang memprihatinkan, apalagi terjadi dalam kegiatan pemusnahan amunisi yang terencana.
“Ini menjadi tragedi dengan jumlah korban terbanyak kedua (hingga saat ini 13 orang tewas) setelah tahun 1984,” ujarnya, Senin (12/5/2025).
Andy menjelaskan, pada 29 Oktober 1984 terjadi ledakan dahsyat tanpa direncanakan di gudang peluru milik Korps Marinir Angkatan Laut, Jalan Cilandak KKO, Jakarta Selatan.
Trategi memilukan empat puluh satu tahun silam itu menewaskan 17 orang, melukai 224 orang, dan merusak lebih dari 1.500 rumah. Ledakan tersebut disebabkan oleh peluru mortir yang sudah tua.
Pada 5 Maret 2014 kembali terjadi tragedi ledakan amunisi milik TNI. Kali ini berlokasi di gudang amunisi milik Markas Komando Pasukan Katak atau Kopaska di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ledakan amunisi senjata dan bahan peledak tersebut mengakibatkan satu orang tewas dan 86 orang mengalami luka-luka hingga memerlukan perawatan intensif di berbagai rumah sakit berbeda.
Pada 14 September 2019, juga terjadi ledakan senjata di Kota Semarang, Jawa Tengah. Hanya saja, sumber ledakan bukan berasal dari amunisi milik TNI, melainkan milik Polri, tepatnya berlangsung di Markas Brimob, Srondol, Semarang.
Akibat ledakan itu 44 unit rumah rusak dengan kondisi kaca pecah, plafon rusak, hingga genteng usak. Adapun korban luka dialami oleh seorang anggota Brimob dengan luka di tangan kiri dan kepala akibat pecahan kaca.
Pada 30 Maret 2024, terjadi ledakan di Gudang Amunisi TNI milik Kodam Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pihak TNI mengatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Namun, sebanyak 133 keluarga dievakuasi. Sebab, ledakan membuat kaca rumah-rumah di sekitarnya pecah, bahkan amunisi seperti granat, rudal, peluru, dan mortir terpental ke permukiman. (*)