NARAKITA, KOREA SELATAN – Hujan badai selama lima hari berturut-turut, membuat sejumlah wilayah di Korea Selatan dilanda banjir bandang dan tanah longsor. Peristiwa yang menewaskan 14 warga lokal tersebut terjadi pada Minggu (20/7/2025.
Menurut Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korsel, sebagaimana dilansir dari media setempat Seoul, per Minggu (20/7/2025), pukul 05.00 Waktu setempat, Sebagian besar korban tewas dan hilang, terjadi di wilayah selatan tepatnya di kota Sancheong.
Selain banyaknya korban jiwa, puluhan warga diyatakan hilang dan ribuan korban lainya mengungsi akibat bencana banjir dan tanah longsor di Korea Selatan tersebut. Seperti yang terjadi di kota Osan Provinsi Gyeonggi, Seosan dan Dangjin di Provinsi Chungcheong Selatan. Begitu pula korban yang ada di kota Gwangju, barat daya Korea.
Hujan deras yang mengguyur Korsel sejak Rabu (16/7/2025), membuat Sancheong tergenang air setinggi 793,5 mm (31,5 inci). Begitu juga di Kota Hapcheon yang tergenang air hingga 699 mm (27,5 inci), dan kota Hadong setinggi 621,5 mm (24,5 inci).
Berdasarkan laporan kantor berita AFP, selain tanah longsor melanda rumah-rumah dan banjir menyapu kendaraan di kota wisata Gapyeong, dua orang dinyatakan tewas dan empat orang lainya hilang.
Seorang perempuan berusia 70-an tewas ketika rumahnya runtuh akibat tanah longsor, sementara jenazah seorang pria berusia 40-an ditemukan di dekat jembatan setelah tenggelam, lapor kantor berita resmi Korea Selatan, Yonhap.
Curah hujan hampir 170 mm (6,7 inci) tercatat di wilayah Provinsi Gyeonggi, sekitar 70 km (40 mil) di timur Seoul, Minggu pagi.
Dua jenazah ditemukan di sana pada Minggu pagi selama operasi pencarian dan penyelamatan, sehingga jumlah korban tewas di wilayah pedesaan yang berpenduduk 33.000 orang itu menjadi delapan, dengan enam orang masih hilang.
Dua dari 12 orang yang dilaporkan hilang berasal dari kota Gwangju di barat daya, kata Yonhap.
Yonhap juga mengutip pihak berwenang yang menyatakan bahwa mereka telah mencatat 1.920 kasus jalan yang terendam banjir, hilangnya tanah, dan hancurnya fasilitas umum, serta 2.234 kasus kerusakan properti pribadi lainnya, seperti bangunan dan lahan pertanian.(*)