NARAKITA, SEMARANG – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) ternyata sempat mendapat ancaman pembunuhan saat mengikuti Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI.
“Di situ yang kami sayangkan betul itu terkait adanya intimidasi-intimidasi, kami diancam dibunuh juga,” ujar Ketua BEM Undip, Aufa Atha Ariq Aoraqi, Kamis (24/7/2025).
Munas berlangsung di Padang, Sumatera Barat pada 13-19 Juli 2025. Kericuhan terjadi pada hari keempat dengan agenda pemilihan koordinator media BEM SI Kerakyatan.
“Itu sampai lempar-lemparan kursi, sampai ada yang patah tangan, ada yang bonyok juga,” bebernya.
Aufa menegaskan, utusan BEM Undip tidak ada yang sampai mengalami luka-luka fisik, tetapi sempat mendapat intimidasi.
“Kami mengalami intimidasi. Kita di kejar-kejar oleh mereka lah bahasa seperti itu,” imbuh Aufa.
Menurutnya, Munas BEM SI yang diikuti mahasiswa berbagai kampus di Indonesia seharusnya fokus membahas isu dan strategi arah gerakan aktivisme mahasiswa.
Dia berpendapat, perdebatan dalam forum kaum intelektual biasa terjadi. Namun, ia menyayangkan lantaran yang terjadi justru kericuhan di luar batas kewajaran.
“Kericuhan tersebut kemudian mengancam nyawa dari teman-teman Jateng dan DIY, salah satunya dari Undip juga. Sehingga kami rasa itu bukan jadi salah satu forum yang sehat,” jelasnya.
BEM Undip sudah menyatakan keluar dari keanggotaan Aliansi BEM SI.
Keputusan hengkang bukan hanya karena terjadi kericuhan, melainkan ada hal yang lebih krusial, yakni acara Munas cenderung politis.
Pembukaan Munas dihaduri Forkopimda, antara lain Kemenpora, Ketum Partai Perindo, Wakil Gubernur Sumbar, Kapolda Sumbar, hingga Kepala BIN Daerah Sumbar. (bae)