Kamis, 3 Jul 2025
  • Feed
  • Like
  • Save
  • Aktivitas
  • Blog
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
🔥 HOT NEWS
Tangis Pecah saat Tuntutan 5,5 Tahun Dibacakan untuk Eks Cawabup Purbalingga
Kelelawar Bersarang di Atap Rumah? Waspadai Ancaman Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia
SK Kepengurusan Megawati Soekarno Putri Kembali Digugat
PSSI Buka Tender Apparel Timnas, Era Baru Jersey Garuda Segera Dimulai
Pemutihan PKB Jateng Sumbang PAD Rp333,9 Miliar
Font ResizerAa
narakita.idnarakita.id
  • Terkini
  • Sport
  • Serba-serbi
  • Opini
Search
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Serba-serbi

Kelelawar Bersarang di Atap Rumah? Waspadai Ancaman Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia

Dari hasil penelitian tersebut, delapan jenis virus baru berhasil diidentifikasi dari tubuh kelelawar yang diteliti. Virus-virus ini tidak menimbulkan gejala pada kelelawar, tet

Nugroho P.
Last updated: Juli 2, 2025 5:26 pm
Nugroho P.
Juli 2, 2025
Share
3 Min Read
Kelelawar
SHARE

KEBERDAAN kelelawar yang bergelantungan di atap rumah mungkin sering dianggap wajar oleh sebagian masyarakat. Namun, di balik kebiasaannya yang jinak dan hanya aktif saat malam, hewan ini ternyata menyimpan potensi besar sebagai penyebar penyakit berbahaya ke manusia.

Guru Besar dari IPB University, Prof. Drh. Agus Setiyono, M.S., Ph.D., mengingatkan bahwa kelelawar bukan sekadar pengganggu malam hari. Dari riset yang ia lakukan bersama tim, kelelawar terbukti menjadi inang bagi berbagai mikroorganisme patogen yang bisa menyebabkan penyakit serius.

“Air liur, kotoran, dan bahkan sisa buah yang terbawa dari mulut kelelawar bisa menjadi sumber penyebaran virus maupun bakteri,” jelas Agus, dalam keterangan tertulis yang dirilis IPB University pada Senin (1/7/2025).

Dari hasil penelitian tersebut, delapan jenis virus baru berhasil diidentifikasi dari tubuh kelelawar yang diteliti. Virus-virus ini tidak menimbulkan gejala pada kelelawar, tetapi bisa sangat berbahaya jika berpindah ke tubuh manusia.

Menurut Agus, situasi tersebut justru membuat ancaman makin tidak terdeteksi. “Karena kelelawarnya tidak tampak sakit, banyak yang tidak sadar bahayanya. Tapi ketika virus itu berpindah ke manusia, bisa sangat mematikan,” katanya.

Beberapa gejala awal yang bisa muncul dari infeksi ini kerap kali tampak sepele, seperti flu ringan, nyeri badan, atau demam. Namun jika dibiarkan, penyakit tersebut dapat berkembang menjadi gangguan serius seperti radang otak atau ensefalitis.

Dalam beberapa kasus, virus yang ditularkan kelelawar bahkan pernah menjadi pemicu wabah berskala besar, seperti kejadian virus Nipah yang menyerang wilayah Asia Tenggara beberapa tahun silam.

Lebih lanjut, Agus juga menyebut bahwa aktivitas manusia turut memperbesar risiko penularan zoonosis. Hilangnya hutan sebagai habitat alami membuat kelelawar masuk ke lingkungan warga, mencari makanan dari pohon buah yang tumbuh di pekarangan.

“Ketika sumber makanan mereka terganggu, mereka akan mencari yang baru, dan sayangnya, lingkungan manusia menjadi sasaran terdekat,” jelasnya.

Pola ini memicu interaksi tidak langsung antara manusia dan kelelawar, yang membuat jalur penularan penyakit makin terbuka. Meski tidak bersentuhan langsung, keberadaan kelelawar di sekitar rumah cukup untuk meningkatkan risiko penularan.

Untuk menekan ancaman ini, Agus menyarankan pendekatan yang menyeluruh. Salah satunya adalah edukasi tentang bahaya zoonosis dan pentingnya menjaga jarak dari satwa liar, terutama kelelawar yang habitat aslinya terganggu.

“Kesadaran masyarakat menjadi kunci utama. Tanpa pemahaman yang cukup, akan sulit menghindari potensi penularan,” ujarnya.

Ia menegaskan, bukan berarti kelelawar harus dibasmi. Namun, kesadaran untuk tidak membiarkan mereka tinggal di sekitar rumah harus mulai ditanamkan.

“Langkah terbaik adalah mencegah kelelawar bersarang di rumah, dan tetap menjaga ekosistem agar mereka tidak kehilangan tempat tinggal alaminya,” pungkas Agus.

Dengan pengetahuan dan kewaspadaan yang lebih tinggi, masyarakat diharapkan bisa melindungi diri dari risiko penyakit yang mungkin tak terlihat, namun nyata mengintai. (*)

TAGGED:kelelawarpenyakitviruszoonosis
Share This Article
Email Copy Link Print

T R E N D I N G

Tangis Pecah saat Tuntutan 5,5 Tahun Dibacakan untuk Eks Cawabup Purbalingga
Juli 3, 2025
Kelelawar Bersarang di Atap Rumah? Waspadai Ancaman Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia
Juli 2, 2025
SK Kepengurusan Megawati Soekarno Putri Kembali Digugat
Juli 2, 2025
PSSI Buka Tender Apparel Timnas, Era Baru Jersey Garuda Segera Dimulai
Juli 2, 2025
Pemutihan PKB Jateng Sumbang PAD Rp333,9 Miliar
Juli 2, 2025

Berita Terkait

Serba-serbi

Baznas Gelar Sunatan Massal Tahap Pertama, 60 Anak Terima Layanan Gratis dan Santunan

Nugroho P.
Kolase foto bocah pemandu Pacu Jalur dan pemain PSG menirukan aura farming Pacu Jalur di TikTok.
Serba-serbi

Budaya Indonesia Mendunia! Aura Farming Pacu Jalur Jadi Tren Internasional di TikTok

R. Izra
Serba-serbi

Langit Wonosobo Siap Berpesta! Java Balloon Attraction 2025 Sambut Dua Abad Kabupaten dengan Warna dan Tradisi

Nugroho P.
Bupati Brebes Paramitha Widya Kusuma bangga karena bawang merah Brebes tembus pasar internasional dengan ekspor perdana akhir Juni 2025 sebanyak 11ribu 800 ton ke Singapura Thailand dan Vietnam
Serba-serbi

11.800 Ton Bawang Merah Brebes Terbang Ke Thailand, Singapura dan Vietnam

baniabbasy
  • Home
  • Kantor dan Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
narakita.id
Facebook Twitter Youtube Rss Medium

Narakita merupakan media kolaboratif dengan tagline “New Hope for Everyone” yang membuka ruang untuk semua ide, semua koneksi dan semua masa depan.

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?