NARAKITA, MAKKAH – Menjelang puncak ibadah haji di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armuzna), peringatan keras disampaikan oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Suhu udara yang menyengat, mencapai 46 derajat Celsius, dinilai menjadi ancaman serius bagi kesehatan jemaah, terutama yang sudah lanjut usia atau memiliki penyakit penyerta.
Cuaca ekstrem yang kini melanda Makkah berbarengan dengan lonjakan jumlah jemaah dari seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, Imran, menyebut kondisi tersebut meningkatkan risiko kelelahan dan dehidrasi, bahkan bisa berujung pada komplikasi fatal.
“Dalam dua hari terakhir, suhu tercatat berkisar antara 42 hingga 46 derajat Celcius, dan diprediksi akan terus naik seiring mendekatnya musim panas. Jumlah jemaah juga terus berdatangan,” kata Imran dalam konferensi pers di Makkah, Senin (19/5/2025).
Hingga saat ini, sebanyak 71 ribu jemaah haji asal Indonesia telah berada di Makkah. Angka itu akan terus bertambah hingga mencapai lebih dari 203 ribu orang, seiring berakhirnya fase kedatangan jemaah dari Madinah dan Tanah Air.
Menurut Imran, padatnya aktivitas fisik dalam suhu tinggi membuat jemaah rentan mengalami gangguan kesehatan. Gejala ringan seperti batuk dan pilek bisa berkembang menjadi gangguan serius seperti pneumonia atau penyakit jantung jika tidak ditangani dengan cepat.
“Kami mencatat 1.167 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) hingga 18 Mei. Selain itu, hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung koroner juga mendominasi daftar keluhan,” ungkap Imran.
Situasi makin mengkhawatirkan dengan wafatnya 28 jemaah haji Indonesia sejauh ini. Mayoritas meninggal dunia akibat gangguan jantung dan infeksi berat yang menyerang sistem imun yang sudah lemah.
Berdasarkan pantauan di lapangan, banyak jemaah masih memaksakan diri untuk melaksanakan umrah sunah atau berjalan jauh tanpa pelindung diri yang cukup, meskipun kondisi tubuh mereka tidak ideal.
PPIH mengimbau para jemaah, khususnya lansia, agar menunda aktivitas berat. Istirahat cukup, menghindari terik siang hari, dan menjaga asupan cairan menjadi kunci utama menjaga stamina.
“Jangan menunggu haus. Idealnya minum 200 cc air setiap satu jam, khususnya saat di luar ruangan. Gunakan masker jika batuk atau flu untuk mencegah penularan,” ucap Imran.
Selain itu, jemaah dengan penyakit kronis dianjurkan untuk menghindari kegiatan fisik berlebihan. Fokuskan ibadah pada zikir, tadarus, dan amal sosial dari dalam hotel.
Penggunaan kursi roda sangat dianjurkan bagi lansia atau jemaah disabilitas saat melaksanakan tawaf dan sa’i. Imran juga menyarankan agar mereka selalu didampingi jemaah yang lebih bugar.
“Setidaknya konsultasi dengan dokter kloter seminggu sekali. Jangan lupa minum obat teratur dan segera lapor jika ada gejala,” imbuhnya.
Tim medis PPIH yang siaga di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan rumah sakit rujukan Arab Saudi terus bekerja keras memberikan pelayanan terbaik.
Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan RI juga terus mengkoordinasikan sistem pelayanan jemaah agar ibadah haji berjalan aman, nyaman, dan selamat hingga puncaknya.
Imran berharap para jemaah bisa menyadari bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah. Fisik yang prima menjadi syarat penting untuk menjalankan wukuf di Arafah dan rangkaian ibadah lainnya dengan sempurna.
“Keselamatan jemaah adalah prioritas utama kami. Haji bukan soal kuat atau tidak kuat, tapi soal kesiapan fisik dan mental yang seimbang,” pungkasnya.