NARAKITA, SEMARANG – Pengamat militer dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Andy Suryadi menyayangkan adanya korban jiwa dalam proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa milik TNI.
Insiden yang terjadi di lokasi peledakan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Senin (12/5/2025) pagi tersebut menewaskan 13 orang, terdiri dari 4 prajurit TNI AD dan 9 warga sipil.
“Ini terasa ironis karena terjadi dalam suatu aktivitas terencana,” ujar Andy sembari menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya para korban, saat diwawancarai Senin malam.
Pengajar Sejarah Militer dan Kepolisian di Fakultas Ilmu Sosial Unnes tersebut mengatakan, seharusnya kegiatan pemusnahan amunisi semacam itu direncanakan dengan matang agar tidak memakan korban.
“Ini pemusnahan yang memang sudah di-plan sebelumnya, sehingga seharusnya sudah terkalkulasi dan termitigasi semua kondisinya dengan baik,” tuturnya.
Koordinator Pusat Kajian Militer dan Kepolisian (Puskampol) Indonesia itu mempertanyakan apakah pemusnahan amunisi kedaluwarsa ini sudah sesuai prosedur operasional standar (SOP) atau belum.
SOP pemusnahan amunisi sudah diatur dalam dokumen Kementerian Pertahanan RI, yakni Petunjuk Pelaksanaan Nomor: JUKLAK/04/VI/2010 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Amunisi di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI.
Sebagai informasi, sebelumnya Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat, Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologi peristiwa ledakan saat pemusnahan munisi tidak layak di Garut, Jawa Barat, Senin (12/6/2025) pagi.
Wahyu menjelaskan pemusnahan dilakukan sekitar pukul 09.30 WIB oleh jajaran prajurit di Gudang Pusat Munisi III Pusat Peralatan TNI AD.
Sebelum pemusnahan, telah dilaksanakan pengecekan terhadap personil maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan. Hasil pengecekan menyatakan semuanya dalam keadaan aman.
Pemusnahan berjalan sesuai rencana di dua lubang sumur berbeda. Sisi lain, telah disiapkan satu lubang yang digunakan untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran di dua sumur sebelumnya.
Pada saat tim sedang menyusun detonator di dalam lubang ketiga, secara tiba-tiba terjadi ledakan lagi hingga mengakibatkan 13 orang meninggal dunia.