KASUS ijazah palsu oleh pejabat tidak hanya terjadi di Indonesia. Bahkan di negeri maju seperti Jepang, ada juga pejabat yang mengundurkan diri dari jabatannya karena ijazahnya palsu.
Dunia sepertinya sedang diuji integritas akademiknya.Hal tu menyusul banyaknya pejabat (tidak hanya di Indonesia) yang ketahuan menggunakan ijazah palsu guna mendukung jabatannya.
Maki Takubo, Walikota Ito di Prefektur Shizuoka, Jepang, misalnya. Ia memilih mengundurkan diri dari jabatan walikota setelah ketahuan menggunakan ijazah palsu. Takubo mengklaim lulus dari Universitas Tokyo. Faknya, ia terbukti sudah dikeluarkan dari universitas tersebut sebelum lulus.
Permintaan maaf pun ia sampaikan ke warga Ito melalui situs resmi pemerintah kota dan permintaanmaaf secara langsung kepada lebih dari 100 staf pemerintah kota Ito. Bahkan Takubo sempat menunjukkan jazah ‘palsu’nya sebagai bukti, dan menyerahkan ke Kejaksaan Umum Distrik Shizuoka sebagai barang bukti.
Kasus Takubo bukan satu-satunya pejabat di belahan dunia yang terjerat skandal ijazah palsu. Berdasarkan laporan dari OCCRP, skandal akademik terbesar terungkap di Kibris Saglik ve Toplum Bilimleri Universiti (KSTU) Siprus Utara.
Sejumlah pejabat penting kampus, terlibat dalam skandal ijazah palsu ini. Mulai dadri Sekjend Serdal Gunduz, Wakil Dekan Serdal Likta, dan Kepala Kantor Internasional Amir Shakira. Hingga akhirnya, ketiganya disidang dan didakwa atas pemalsuan dokumen dan peredaran ijazah palsu.
Termasuk mantan Wakil Menteri Sosial Celebi Ilik, yang terbukti menggunakan ijazah palsu untuk meraih promosi jabatan dan kenaikan gaji. Ijazah pascasarjana Celebi Ilik dikeluarkan pada hari pertama ia terdaftar sebagai mahasiswa tanpa sekalipun mengikuti perkuliahan.
Di Kyrgyzstan, kurang lebih 100 pejabat, mulai dari anggota parlemen, hakim, dan polisi, diduga menggunakan ijazah palsu. Sebagaimana diberitakan Eurasia Net, sedikitnya 16 pejabat di Kyrgyzstan mengundurkan diri dan Sembilan lainnya menyerahkan iajazah palsu mereka secara sukarela hingga Maret 2025.
Presiden Kyrgyzstan, Sadyr Japarov pun menyerukan verifikasi terhadap ijazah seluruh apparatur negaranya. Salah satu korbannya, anggota parlemen dari Partai Butun, Orozayym Narmatova yang terpaksa kehilangan kursi setelah dituduh memperoleh ijazah palsu.
Di Indonesia, sejumlah pejabat yang terbukti menggunakan ijazah palsu juga sempat menjalani hukuman. Bahkan isu terakhir, penggunaan ijazah palsu ini juga mendera Presiden RI ke-7 Jowo Widodo. Skandal ini seperti bola panas yang panas di dunia maya. Mungkinkah kasus ijazah palsu ini termasuk bagian dari hilangnya kredibilitas dan konsistensi kampus dalam menjaga marwah Pendidikan yang dimilikinya?
Skandal pejabat tinggi negara yang tersandung isu pemalsuan ijazah:
1. Presiden Nigeria, Bola Tinubu
Pada tahun 2023, Presiden Bola Tinubu dituduh lawan politiknya Atiku Abubakar memalsukan ijazah dari Universitas Chicago. Sampai saat ini, kasus ini masih bergulir di Mahkamah Agung Nigeria. Saat dikonfirmasi, Universitas Chicago tidak dapat mengkonfirmasi keaslian ijazah Tinubu.
2. Mantan Menteri Dalam Negeri Iran, Ali Kordan
Ali Kordan, pada tahun 2008 mengklaim telah lulus dan meraih gelar doktor kehormatan dari Universitas Oxford. Klaim yang membuat kampus meradang dan menyatakan bahwa kampus Oxford belum pernah mengeluarkan gelar doktor kehormatan atas Ali Kordan. Hingga akhirnya, Ali Kordan mengaku ditipu orang yang mengatasnamakan kampus. Kordan pun menebus kemaluannya dengan mengundurkan diri dari jabatan Wakil Menteri Dalam Negeri Iran.
3. Mantan Menteri Agama Pakistan, Aamir Liaquat Hussain.
Aamir Liaquat mengaku memiliki gelar BA dalam studi Islam dari sebuah Lembaga Pendidikan Bernama Trinity College and University. Ironisnya, lembaga tersebut tidak ada, alias abal-abal. Bahkan gelar MBBS Aamir dari Liquat Medical College pun tidak terbukti alias palsu.
Jadi ingat ijazahnya atau sertifikat belajarnya Mas Wapres Gibran Rakabuming Raka dari Singapura.
4. Mantan Presiden Hungaria, Pal Schmitt.
Pada tahun 2012, Pal Schmitt terpaksa mengundurkan diri dari jabatan Presiden Hungaria karena disertasi gelar doktoralnya diperoleh dari aksi plagiarisme. Universitas Semmelweis, kampus yang mengeluarkan gelar tersebut, membatalkan gelar doktor dan meminta Schmitt mengembalikan ijazah tersebut secara sukarela pada 2013.
Jadi ingat gelar doktor untuk Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dari Universitas Indonesia. Bedanya dalam kasus Bahlil, pihak kampus UI meminta supaya Bahlil memperbaiki atau merevisi desertasinya, dan belum mencabut gelar doktor Bahlil.
5. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan
Keabsahan ijazah Erdogan diragukan sejumlah pihak hingga saat ini. Pada saat kampanye calon presidn Turki tahun 2014 lalu, Erdogan dituduh tidak memenuhi persyaratan konstiusional calon presiden yang harus memiliki ijazah S1 atau dari universitas. Tuduhan yang kemudian membuat Erdogan segera mengeluarkan ijazah S1 nya dari Universitas Marmara.(*)