NARAKITA, GARUT – Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (Demul) menyebut 9 warga sipil yang menjadi korban tewas pemusnahan amunisi di Garut, sudah lama bekerja membantu TNI.
Bahkan, kata Demul, warga sipil tersebut ada yang sudah bekerja membantu tugas TNI selama 10 tahun.
“Mereka pengakuannya bekerja di sana. Sudah cukup lama, ada yang sampai 10 tahun membantu dan menjadi profesi yang ditekuni dalam setiap harinya,” ujar Demul usai mengunjungi keluarga korban tewas di RSUD Pameungpeuk, Selasa (13/5/2025).
Berbekal informasi yang didapat, Demul menilai warga sipil yang bekerja di lingkungan TNI sudah berpengalaman. “Memang sudah berpengalaman,” imbuhnya.
Dia berkomitmen untuk menanggung biaya kehidupan dan pendidikan anak yang belum menikah dari para korban ledakan tersebut. Ia akan mengambil alih tanggung jawab itu.
“Mereka pendidikannya, kehidupan sehari-harinya, biar nanti kami yang mengambil alih tanggung jawab itu,” katanya.
Sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan memberi uang santunan Rp50 juta untuk keluarga masing-masing korban. Uang itu untuk biaya pemulasaraan jenazah.
Sebelumnya Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan, peristiwa ledakan maut itu terjadi di tengah proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Garut, Jawa Barat, Senin (12/6/2025) pagi.
Sebelum pemusnahan, telah dilaksanakan pengecekan terhadap personil maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan. Hasil pengecekan menyatakan semuanya dalam keadaan aman.
Pemusnahan berjalan sesuai rencana di dua lubang sumur berbeda. Sisi lain, telah disiapkan satu lubang yang digunakan untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran di dua sumur sebelumnya.
Pada saat tim sedang menyusun detonator di dalam lubang ketiga, secara tiba-tiba terjadi ledakan lagi.
Peristiwa tersebut menewaskan 13 orang, terdiri 4 anggpta TNI dan 9 warga sipil.