NARAKITA, JAKARTA – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga keselamatan konsumen. Sepanjang bulan Juni 2025, lembaga ini menarik 15 produk obat tradisional dari pasaran karena terbukti mengandung bahan kimia berbahaya yang semestinya hanya digunakan atas resep dan pengawasan dokter.
Penelusuran BPOM menemukan bahwa obat-obat tradisional tersebut dijual bebas, terutama secara online, dengan janji manfaat instan seperti memperkuat stamina, menurunkan berat badan, atau meningkatkan vitalitas. Namun di balik iming-iming tersebut, tersimpan ancaman serius bagi kesehatan.
Dalam uji laboratorium, beberapa produk terdeteksi mengandung zat seperti sildenafil, deksametason, sibutramin HCI, hingga parasetamol dan klorfeniramin maleat—seluruhnya tergolong sebagai obat keras. Zat-zat ini, apabila dikonsumsi tanpa pengawasan tenaga medis, dapat memicu kerusakan organ vital.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan bahwa praktik oplosan ini sengaja dilakukan untuk menciptakan efek cepat. “Tujuannya memberi sensasi langsung bagi pengguna, tetapi bahayanya besar. Bisa menyebabkan gangguan jantung, gagal ginjal, hingga risiko stroke,” ungkapnya dalam keterangannya.
Ia menegaskan bahwa obat tradisional seharusnya menjadi alternatif yang aman berbasis bahan alami, bukan kendaraan untuk menyelundupkan obat kimia keras. Jika kandungan alami dicampur dengan bahan sintetis, bukan manfaat yang diperoleh, melainkan mudarat yang mengintai.
Taruna juga menyebut bahwa modus penjualan kini semakin sulit dilacak. Banyak pelaku yang memasarkan produk berbahaya tersebut melalui toko daring, media sosial, hingga jalur distribusi tertutup. Hal ini memperparah ancaman bagi konsumen yang tergoda oleh iklan yang menyesatkan.
Gejala awal akibat konsumsi produk oplosan ini bisa sangat beragam, seperti nyeri di dada, jantung berdetak tak beraturan, tekanan darah anjlok, bahkan berujung pada serangan jantung atau stroke. Bahaya makin besar jika dikonsumsi oleh penderita penyakit kronis seperti hipertensi atau gangguan jantung.
BPOM pun mengingatkan masyarakat agar tidak mudah tergiur oleh label “herbal” atau klaim seperti “kuat seketika” dan “langsing dalam seminggu”. Label tersebut seringkali menjadi kedok untuk menyembunyikan kandungan berbahaya.
Masyarakat diminta untuk memverifikasi keaslian dan izin edar setiap produk melalui aplikasi Cek BPOM atau situs resmi BPOM. Produk tanpa nomor registrasi resmi sebaiknya dihindari, terlebih bila informasi produsen dan komposisinya tidak jelas.
“Jadilah konsumen yang kritis. Jangan korbankan kesehatan demi khasiat instan. Kesehatan adalah karunia yang tak ternilai,” kata Taruna dengan tegas.
Ia juga menyoroti pentingnya edukasi publik. Masyarakat harus menyadari bahwa tidak semua produk yang tampak alami benar-benar aman. Banyak produk justru berisiko tinggi karena manipulasi bahan aktif.
Sebagai langkah penindakan, 15 produk yang terbukti berbahaya telah ditarik dari peredaran dan dilarang dijual dalam bentuk apapun. Berikut daftarnya:
-
Bubalus – mengandung nortadalafil
-
Linzi Don Mai Dan – mengandung klorfeniramin maleat
-
Sultan – mengandung deksametason dan parasetamol
-
Raja Jahanam – mengandung deksametason dan parasetamol
-
Kapsul Tradisional Spontan – mengandung parasetamol
-
Daun Mujarab – mengandung natrium diklofenak
-
Pusaka Dayak X-tra Strong – mengandung sildenafil sitrat
-
New Gali-gali – mengandung sildenafil sitrat
-
New Urat Kuda Formula Plus – mengandung sildenafil sitrat
-
Sari Daun Kelor – mengandung parasetamol
-
Slim Ty – mengandung sibutramin HCI
-
Kopi Cleng – mengandung sildenafil sitrat
-
Kopi Arab Platinum – mengandung sildenafil sitrat
-
Madu Kuat – mengandung sildenafil sitrat dan tadalafil
-
Surya Sehat Jawa Dwipa 2 – mengandung kafein dan parasetamol
Langkah tegas BPOM ini menjadi peringatan penting bagi produsen nakal dan konsumen yang lengah. Di tengah maraknya produk herbal di pasaran, hanya kehati-hatian dan kesadaran akan risiko yang bisa melindungi masyarakat dari bahaya tersembunyi.
Dengan meningkatnya penjualan produk kesehatan lewat jalur digital, upaya perlindungan masyarakat juga harus ditingkatkan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan hanya produk yang aman dan legal yang dikonsumsi.
Taruna pun berharap seluruh elemen masyarakat tidak lagi memandang enteng bahaya dari konsumsi produk tradisional ilegal. “Kesehatan bukan tempat untuk coba-coba. Apa pun yang masuk ke tubuh harus dipastikan keamanannya,” pungkasnya. (*)