NARAKITA, SLEMAN – Rumah sederhana milik seorang pria berinisial T di wilayah Bantulan, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, mendadak jadi sorotan usai didatangi ratusan pengemudi ojek online. Insiden yang terjadi pada Sabtu (5/7/2025) ini merupakan buntut dari cekcok antara T dan seorang driver ShopeeFood yang mengantar pesanan minuman secara daring.
Ketegangan dipicu oleh keterlambatan pengantaran kopi yang dipesan T pada Rabu (3/7/2025). Menurut informasi yang dihimpun dari Ketua RT 03 Bantulan, Nur Salim, pesanan dilakukan sekitar pukul 18.00 WIB namun baru sampai di rumah T sekitar pukul 21.30 WIB. Situasi itulah yang kemudian diduga memicu ketegangan antara pemesan dan pengantar.
“Saya dengarnya begitu. Order jam enam sore, datangnya jam setengah sepuluh malam. Tapi saat itu saya juga sedang keluar rumah, jadi tidak tahu pasti bagaimana kejadiannya,” ujar Nur Salim saat ditemui pada Sabtu siang.
Usai kejadian tersebut, suasana di sekitar rumah T menjadi tegang. Massa driver ojek online disebut datang dua kali dalam satu hari, membawa kemarahan yang berujung pada perusakan sejumlah fasilitas rumah. Kerusakan mencakup AC, CCTV, dan bahkan sepatu milik penghuni yang hilang entah ke mana.
“Rumah T itu AC-nya rusak, CCTV juga rusak, lalu ada sepatu yang hilang,” lanjut Nur Salim. Ia menyebutkan bahwa meskipun rumah warga sekitar tidak terkena dampak langsung, ada beberapa fasilitas umum di lingkungan tersebut yang ikut mengalami kerusakan.
Pot tanaman dan pagar depan menjadi bagian dari fasilitas umum yang ikut terdampak oleh kerumunan massa. Kondisi ini membuat sejumlah warga resah, terlebih bagi mereka yang memiliki bayi kecil dan anggota keluarga lanjut usia.
“Yang paling terganggu itu orang tua dan keluarga yang punya bayi. Mereka panik karena suasananya gaduh dan tidak tahu apa yang akan terjadi,” kata Salim prihatin.
Hingga Sabtu sore, suasana di lingkungan Bantulan berangsur tenang, meskipun bayang-bayang kerusuhan masih membekas di tengah warga. Banyak di antara mereka berharap agar kejadian serupa tak terulang dan konflik yang terjadi dapat diselesaikan dengan damai.
“Harapannya sih ada mediasi yang baik dari semua pihak. Jangan sampai kejadian kecil jadi besar. Warga di sini inginnya damai,” pungkas Salim.
Sementara itu, aparat kepolisian telah diterjunkan ke lokasi untuk menjaga kondusivitas pascakejadian. Beberapa saksi juga disebut sudah dimintai keterangan untuk mendalami kronologi insiden yang menyebabkan amukan massa ini.
T sendiri belum terlihat di lokasi sejak kejadian berlangsung. Warga menduga pria itu memilih menjauh untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Hingga kini, belum ada keterangan resmi darinya terkait peristiwa yang memicu kedatangan ratusan pengemudi ojek online itu.
Kondisi rumah T saat ini tampak rusak di beberapa bagian, dengan AC luar yang tergeletak tak berfungsi, dan kamera CCTV yang hancur. Sepatu-sepatu yang semula ditaruh di teras kini hanya menyisakan satu pasang yang tak lengkap.
Warga setempat menyatakan bahwa kawasan Bantulan dikenal sebagai lingkungan yang tenang dan jarang terjadi keributan. Karena itu, kehadiran massa dalam jumlah besar yang membawa kemarahan menjadi pengalaman yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Beberapa warga menyayangkan bagaimana emosi dapat dengan mudah tersulut di era digital ini, terutama terkait dengan layanan daring yang sebenarnya dapat diselesaikan lewat jalur komunikasi dan keluhan resmi.
Sebagai langkah antisipatif, tokoh masyarakat di lingkungan RT dan RW tengah mengupayakan jalur dialog dengan pihak-pihak terkait, termasuk komunitas ojek online. Mereka berharap proses hukum bisa berjalan secara adil dan transparan.
Situasi yang terjadi di rumah T menjadi cermin bagaimana konflik kecil bisa berkembang besar jika tidak dikelola dengan bijak. Warga berharap ketenangan kembali, dan Bantulan bisa pulih dari ketegangan yang sempat mengoyak rasa aman komunitas mereka. (*)