SETIAP hari, masyarakat diminta untuk terus sibuk membicarakannya. Mulai dari keturunan PKI, ijazah palsu, kondisi fisik yang sakit-sakitan setelah tidak lagi menjabat presiden, bahkan isu kematiannya, pemakzulan Wapres Gibran, hingga wacana penugasan ngantor ke Papua.
Oleh semua isu yang dimunculkan ke publik itu, kemudian dirangkum oleh dirinya sendiri lalu Kembali disampaikan ke publik sebagai sosok yang didzolimi. Bahwa di balik itu semua, ada ‘agenda besar’ dari sejumlah pihak yang akan menghabisinya. Berharap belas kasih, dan tentu tetap meminta agar publik terus memperbincangkannya.
Iya. Masyarakat diminta untuk terus memperbincangkan nama Presiden RI ke-7 Joko Widodo. Baik di warung-warung kopi di pelosok desa hingga perkotaan, atau di laman-laman social media, di akun-akun pribadi masyarakat.
Jokowi menolak punah! Baru-baru ini, akun TikTok @presidenke_7rijokowidodo mengunggah tanggapan Jokowi terkait isu ijazah palsu dan isu penugasan Wapres Gibran berkantor di Papua.
Akun tersebut menyatakan, Presiden Ke-7 RI Joko Widodo buka suara soal maraknya tuduhan terhadap dirinya terkait tuduhan ijazah palsu.
Menurut Jokowi, isu ini bukanlah sekadar serangan personal, melainkan bagian dari agenda besar politik yang ditujukan untuk menjatuhkan reputasi dirinya setelah menjabat sebagai kepala negara selama sepuluh tahun.
“Saya berperasaan memang kelihatannya ada agenda besar politik di balik isu-isu ijazah palsu ini. Perasaan politik saya mengatakan ada agenda besar untuk men-downgrade saya,” ujar Presiden Ke-7 RI Jokowi kepada wartawan di kediamannya, Jalan Kutai Utara No 1, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo, Provinsi Jawa Tengah, pada Senin 14 Juli 2025.
Kok Pak Jokowi sekarang jadi baper ya? Sedikit-sedikit ngomong ke publik. Setiap pekan bikin jumpa pers, ngundang wartawan makan siang ke rumah. Tak luput, drama-drama kecil wajah beringsut, jalan kaki sedikit sempoyongan, dan banyak warga datang berkunjung.
Atau jangan-jangan, Presiden ke-7 RI ini mulai beralih profesi menjadi influenzer? Sehingga sedikit-sedikit ngomong ke media. Bukankah saat menjabat, Pak Jokowi terkenal dengan sedikit omong dan lebih banyak diam. Kok sekarang jadi cerewet. Apa itu gambaran umur yang sudah lebih dari 63 tahun. Atau tepatnya 64 tahun.
Presiden Ke-7 RI Jokowi menilai bahwa isu yang menyeret nama putranya, Gibran Rakabuming Raka, juga merupakan bagian dari agenda politik tersebut.
Seperti diketahui, Gibran kini menjabat sebagai wakil presiden, dan beberapa pihak sempat menggulirkan wacana pemakzulan. Meski demikian, semua tekanan politik itu tidak membuatnya gentar.
Pertanyaanya, siapa dalang di balik agenda besar yang disebut Jokowi? Bagaimana jika dalang di balik semua itu adalah Jokowi sendiri… ya Jokowi sendiri…
Jokowi menggelindingkan isu-isu itu melalui tangan-tangan yang tak tampak dan kemudian diramaikan oleh buzzer-buzzer yang sekilas tampak seperti musuh-musuhnya.
Namun, benarkah mereka yang tampak memusuhi Jokowi itu merugikan Jokowi? Tentu tidak.. Justru mereka menguntungkan Jokowi
Dengan isu ijazah palsu yang menggelinding kencang, Jokowi diuntungkan dengan tetap menjadi bahan perbincangan di seantro negeri. Istilahnya tetap menjadi ‘top of mind‘.
Hal ini menjaga, agar Jokowi tetap bercokol di benak warga negara. Jokowi tetap jadi bahan perbincangan. Agar Jokowi tak hilang dari peredaran politik nasional.
Agendanya jelas, apapun yang diperbincangkan, entah jelek entah baik, semua itu akan memelihara Jokowi tetap berada di jalur perbincangan masyarakat. Itulah tujuan utamanya.
Dengan Jokowi tetap jadi bahan perbincangan, maka pengaruhnya tak akan cepat hilang. Ia tak akan punah di tengah “timbunan lupa”.
Berbagai cara digunakan, agar Jokowi tetap diperbincangkan dan tak dilupakan.
Beberapa waktu lalu, Jokowi ia dinobatkan sebagai nabi baru dari Indonesia.
Lalu, dikabarkan mati. Semua itu adalah cara untuk memantik kontroversi, yang bermuara pada satu tujuan: Masyarakat bahkan orang per orang kembali memperbincangkan Jokowi.
Belum lama ini, Luhut Binsar Pandjaitan yang semasa Jokowi menikmati rangkap jabatan hingga berderet-deret, juga mengungkap kesedihan Jokowi.
Kesedihan terdalam itu adalah banyaknya orang yang mulai melupakannya.
Jokowi menolak punah. Ia ingin tetap diperbincangkan. Tetap berkuasa melalui tangan siapa saja yang dapat dikendalikannya.(*)