NEWSREAL.ID, BLITAR- Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mendorong pelaku usaha peternakan di Tanah Air agar mulai memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai sumber energi alternatif. Ajakan itu disampaikan saat Wamentan meninjau fasilitas pengolahan biogas milik PT Greenfields Dairy Indonesia di Blitar, Jawa Timur, sebagaimana pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (2/8).
Menurut Sudaryono, pengelolaan limbah ternak sudah saatnya menjadi bagian dari transformasi sektor pertanian menuju arah yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan.
“Limbah letong (kotoran sapi) sudah menjadi masalah lama. Alhamdulillah, hari ini fasilitas pengolahan limbah Greenfields telah selesai. Dengan difermentasi dan diproses, limbah ini bisa menjadi biogas yang digunakan untuk pembangkit listrik dan kebutuhan rumah tangga,” ujar Sudaryono.
Fasilitas milik Greenfields disebut sebagai yang terbesar di sektor peternakan sapi perah di Indonesia, dengan kapasitas mencapai 12.000 meter kubik. Limbah dari sekitar 10.000 ekor sapi diproses setiap hari, tidak hanya untuk menghasilkan biogas, tapi juga diolah menjadi pupuk organik dan bahan kandang yang memiliki nilai jual.
“Ini menjadi contoh konkret bahwa limbah bisa menjadi berkah. Tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tapi juga memberi manfaat ekonomi bagi peternak,” tambahnya.
Ramah Lingkungan
Sudaryono berharap, model biogas Greenfields bisa direplikasi di berbagai daerah agar semakin banyak pelaku usaha peternakan yang bertransformasi ke arah produksi yang lebih ramah lingkungan. Hal ini, lanjutnya, juga penting dalam mendukung ketahanan energi dan pangan nasional.
Selain isu lingkungan, Wamentan juga menyoroti pentingnya memperkuat industri susu lokal untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar 82,9 juta siswa di seluruh Indonesia. Ia menegaskan bahwa produksi susu dalam negeri perlu ditingkatkan agar tidak terus bergantung pada produk impor.
“Susu akan menjadi pasar yang berkembang besar, dan yang harus kita pastikan adalah susu yang dikonsumsi anak-anak adalah produk lokal, bukan impor,” ujarnya.
Karena itu, ia mendorong kemitraan yang kuat antara industri dan peternak rakyat. Sudaryono mencontohkan keberhasilan Greenfields dalam menjalin kemitraan dengan peternak lokal di Blitar, Malang, dan Pasuruan. Menurutnya, peningkatan konsumsi susu harus diimbangi dengan kenaikan produksi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda menyatakan, pengelolaan limbah terintegrasi dengan energi terbarukan sejalan dengan arah pembangunan peternakan nasional yang ramah lingkungan.
“Inisiatif seperti ini sangat kami dukung. Ini bukan hanya soal pengelolaan limbah, tapi juga tentang transisi menuju sistem peternakan yang hijau dan berdaya saing tinggi,” kata Agung.
Senada, CEO Greenfields Indonesia, Akhil Chandra, menyampaikan komitmen perusahaannya untuk terus memproduksi susu secara berkelanjutan, dengan memperhatikan dampak lingkungan.
“Fasilitas biogas ini memperkuat komitmen kami terhadap keberlanjutan. Limbah yang sebelumnya menjadi masalah kini menjadi energi terbarukan yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujar Akhil.
Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan peternak rakyat, diharapkan Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energi dalam negeri, tetapi juga menjadikan sektor pertanian sebagai pilar utama pembangunan berkelanjutan. (*)