NARAKITA, KENDAL- Tak kurang dari 20 anggota Kelompok Tani Subur 2 dan 3 mengikuti kegiatan Sosialisasi Produk Turunan Kopi Robusta di kediaman Kepala Dusun Tempuran, Sabtu (26/7).
Kegiatan yang diinisiasi oleh Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik Iptek bagi Desa Binaan Undip (KKN-T IDBU) Tim 21 ini mengusung materi mengenai proses produksi drip bag coffee dan teh daun kopi robusta, dua produk inovatif hasil eksplorasi potensi lokal.
Materi disampaikan secara interaktif, mulai dari pemilihan biji kopi berkualitas, teknik pasca panen sederhana, proses pembuatan produk turunan, hingga strategi pemasaran untuk menjangkau pasar lokal maupun digital.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mendorong petani agar tidak hanya menjual kopi dalam bentuk mentah, namun juga mampu menghasilkan produk siap konsumsi yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
“Dengan pengolahan lebih lanjut, harga jual kopi robusta bisa meningkat hingga 3-4 kali lipat dari harga biji kering biasa. Misalnya, biji kopi kering yang dihargai Rp20.000/kg, bisa menjadi produk drip bag senilai Rp6.000–Rp8.000 per sachet,” jelas David, salah satu pemateri dalam pemaparannya.
Sementara itu, teh daun kopi, produk yang belum banyak dikenal menjadi alternatif diversifikasi. Menurut penelitian dari Journal of Food Science (2021), daun kopi mengandung antioksidan tinggi seperti mangiferin dan polifenol yang berpotensi menjaga daya tahan tubuh dan mengontrol tekanan darah. Selain itu, teh daun kopi juga bebas kafein, cocok untuk konsumen yang sensitif terhadap kandungan tersebut.
Kepala Dusun Tempuran, Bahrun sekaligus tokoh petani lokal mengapresiasi kegiatan ini. “Kami sebagai kelompok tani merasa terbantu dan termotivasi. Harapannya, petani muda desa bisa meneruskan ini dan membawa kopi Desa Gedong ke pasar yang lebih luas,” ujarnya.
Tak hanya petani, sosialisasi ini juga melibatkan ibu rumah tangga sebagai bagian dari rantai produksi. Proses pengemasan, pengeringan daun, hingga pemasaran digital menjadi celah kontribusi yang bisa dilakukan oleh warga secara kolektif.
Semangat Pemberdayaan
Dosen pendamping lapangan, Tita Alfaricha, SAB, MAB menyebut, kegiatan ini selaras dengan semangat pemberdayaan berbasis potensi desa. “Kolaborasi mahasiswa dan warga sangat terasa. Kegiatan ini bisa menjadi model pengembangan agroindustri skala mikro,” tuturnya.
Hal senada disampaikan oleh Hega Bintang Pratama Putra, STP, MSc yang menyebut bahwa pengolahan produk turunan kopi merupakan bentuk konkret dari inovasi berbasis sumber daya lokal. “Ini bukan hanya soal kopi, tetapi juga pemberdayaan ekonomi dan regenerasi petani muda,” tegasnya.
Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap produk kopi khas daerah, serta tren minuman sehat dan praktis, drip bag coffee dan teh daun kopi memiliki peluang besar untuk masuk pasar lokal hingga online marketplace. Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari transformasi kopi Desa Gedong dari komoditas mentah menjadi produk unggulan berbasis inovasi lokal. (*)