KEMESRAAN keluarga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat berjalan bersama kedua anak biologisnya, Puan Maharani dan Prananda Prabowo menuju ruang Bimbingan Teknis (Bimtek) Fraksi PDI Perjuangan se-Indonesia di Bali Beach Convention Center, Sanur, Bali, bukan sekadar momen keluarga biasa.
Di tengah panggung politik nasional yang sedang bergerak dinamis pasca-Pemilu 2024, gestur tubuh antara ketiganya menyiratkan pesan politik yang dalam dan simbolik –terutama terkait arah suksesi dan masa depan PDI Perjuangan.
Puan Maharani yang berjalan di tengah menjadi pusat perhatian. Ia menggandeng tangan kiri Megawati dengan tangan kanannya, sementara di sisi kirinya, Prananda Prabowo merangkul pundaknya dengan sikap yang tampak penuh perlindungan.
Jika dikaji secara semiotik, formasi ini bukan kebetulan, melainkan representasi visual yang kuat tentang posisi Puan sebagai figur penerus, Megawati sebagai sumber legitimasi sejarah dan ideologi, serta Prananda sebagai penjaga stabilitas internal partai.
Gestur menggandeng tangan Megawati adalah simbol keberlanjutan. Puan tidak berjalan sendiri, ia masih “menyambung tangan” dengan sang ibu, Ketua Umum yang hingga kini menjadi poros sentral PDI Perjuangan.
Artinya, Puan tetap berakar pada ideologi dan otoritas Megawati, dan belum sepenuhnya dilepas ke gelanggang politik tanpa pengawasan. Ini mencerminkan proses transisi yang berjalan hati-hati, berjenjang, dan penuh kehati-hatian, seiring partai menghadapi tantangan pasca-kekuasaan nasional.
Sementara itu, Prananda Prabowo yang merangkul pundak Puan memberi makna lain yang tak kalah penting. Selama ini Prananda dikenal lebih tertutup, bekerja di balik layar sebagai arsitek strategi dan penggerak struktur internal. Posisi tubuhnya yang berada di sisi kiri Puan, dengan gestur merangkul, seakan menjadi simbol peran pelindung dan penopang.
Mas Nanan –panggilan akrabnya– tidak berhadapan langsung dengan publik seperti Puan, tetapi kehadirannya menegaskan bahwa suksesi kepemimpinan –jika jatuh pada Puan– tidak akan lepas dari pengaruh dan dukungan Prananda. Ini juga menjadi penanda penting bahwa faksi-faksi dalam keluarga Soekarno tengah dirajut kembali dalam satu kesatuan menjelang konsolidasi 2029.
Dari kacamata komunikasi politik, tubuh berbicara lebih jujur dan emosional dibanding pidato. Dalam konteks ini, jalan bertiga menuju ruang Bimtek bukan hanya prosesi simbolik menuju pertemuan kader, tetapi juga metafora jalan panjang PDI Perjuangan menuju transformasi generasi.
Bahwa partai ini sedang bersiap menghadapi masa depan tanpa kehilangan warisan ideologis, dengan regenerasi yang tetap dalam kendali keluarga besar Soekarno.
Publik tentu mencatat, bahwa Puan yang ditempatkan di tengah tidak hanya secara fisik berada di poros, tetapi juga menjadi pusat dari dua sisi kekuasaan: Megawati sebagai legitimasi ideologis dan sejarah, dan Prananda sebagai kekuatan struktural dan teknokratis. Ini seolah mengisyaratkan bahwa Puan adalah “jembatan” antara masa lalu dan masa depan partai. Ia bukan lagi sekadar putri Megawati, melainkan simbol kesinambungan dan stabilitas partai di era baru.
Namun, simbol tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan politik. Tantangan yang akan dihadapi PDI Perjuangan ke depan sangat kompleks, terutama untuk menarik simpati generasi muda, memperluas basis elektoral, dan menghadapi rival-rival politik yang lebih agresif dan adaptif.
Dalam konteks itu, Puan masih harus membuktikan dirinya bukan hanya sebagai penerus darah, tetapi juga pemimpin yang mampu menyatukan partai, membawa visi baru, dan memenangkan kepercayaan publik.
Meski demikian, bahasa tubuh di Sanur itu telah menyampaikan pesan penting: tidak ada perpecahan di jantung kekuasaan partai. Ketiganya –Megawati, Puan, dan Prananda– tampil seirama, satu langkah, satu arah. Ini adalah sinyal ke dalam dan ke luar, bahwa transisi kepemimpinan sedang berlangsung, dan PDI Perjuangan tetap dalam kendali keluarga besar Proklamator.
Pada akhirnya, gestur itu bukan sekadar kemesraan keluarga. Ia adalah pernyataan politik, bahwa arah dan kepemimpinan partai sedang disiapkan, dan Puan Maharani adalah nama yang kini paling mungkin berada di garis depan.(*)