NARAKITA, KAMBOJA – Serangan artileri Thailand ke wilayah perbatasan Kamboja, Pursat pada Sabtu (26/7/225), mengakibatkan sedikitnya 13 orang tewas dan 71 lainnya luka-luka. Sebagian besar korban warga sipil Kamboja.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja Maly Socheata, sebagaimana dikutip Khmer Times menjelaskan, 13 korban tewas terdiri dari lima tantara Kamboja dan delapan lainnya warga sipil. Sementara luka-luka, terdiri dari 21 tantara dan 50 warga sipil.
Konflik bersenjata antar dua negara yang dipicu oleh perebutan penguasaan Candi Preah Vihear, di puncak Pegunungan Dangrek di perbatasan antara Thailand dan Kamboja ini, meningkat sejak Kamis (24/7/2025).
Pemerintah Kamboja sendiri sudah mengevakuasi sekitar 35.800 warganya di Provinsi Oddar Meanchey, Preah Vihear, Pursat, dan Banteay Meanchey. Sementara pemerintah Thailand, juga sudah mengevakuasi 63.446 warganya dari daerah terdampak perang. 4.813 orang dari Buriram, 21.646 orang dari Surin, 26.511 orang dari Sisaket, dan 10.476 orang dari Ubon Ratchathai.
Serangan artileri berat dari pasukan tempur Kamboja, memaksa tantara Kerajaan Thailand mengevakuasi warganya dari zona konflik di 14 distrik di empat provinsi yang terkena dampak perang.
Hingga saat ini, upaya genjatan senjata antar kedua negara terus dilakukan. Perdana Menteri Kamboja Hun Manet mendesak Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menggelar sidang darurat. Bahkan Amerika Serikat, Uni Eropa, Prancis dan China pun menyerukan agar konflik antara Kamboja dengan Thaiiland segera diakhiri.
Berebut Candi
Konflik antara Thailand dengan Kamboja ini bermula dari perebutan wilayah kekuasaan Candi Preah Vihear, yang berada di puncak Pegunungan Dangrek di perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Perebutan ini dimulai sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.
Sengketa kedua negara dimulai pada 1907. Saat itu, saat Perancis masih menjadi koloni Kamboja, membuatkan peta yang mendasari wilayah Kuil Preah Vihear masuk penguasaan Kamboja. Namun peta itu tidak diakui Thailand karena dianggap tidak jelas dan memunculkan persepsi yang berbeda.
Pun ketika Mahkamah Internasional pada 1962 menetapkan otoritas atas Candi Preah Vihear beserta wilayah di sekitarnya ke Kamboja, pemerintah Thailand juga menolak.
Dan pada 2008, Kamboja mendaftarkan Candi Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Thailand tetap mengklaim sebagian wilayah sekitar kuil. Penobatan oleh UNESCO ini memicu protes keras dan bentrokan, bahkan mengerahkan ratusan tentara dari kedua negara di wilayah sengketa.
Sehingga antara 2008 hingga 2011, pertempuran militer antara Thailand dengan Kamboja terus-terusan terjadi di wilayah perbatasan tersebut. Kedua pihak silang menyalahkan atas dimulainya konflik. Konflik ini mereda setelah ada kesepakatan genjatan senjata antar dua kubu. Saat itu, sebanyak 15 orang dari kedua kubu dinyatakan tewas, dan puluhan ribuan warga sipil mengungsi.
Sengketa di perbatasan ini kembali memanas pada 28 Mei 2025. Akibatnya, satu orang tantara Kamboja tewas. Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra pada 15 Juni 2025, menelpon pemimpin de fakto Kamboja, Hun Sen guna meredakan konflik.
Pada Rabu, (23/7/2025), ketegangan pun dimulai lagi setelah dua tentara Thailand kehilangan kaki kanannya akibat ledakan ranjau darat yang dipasang Kamboja. Thailand pun secara resmi menarik pulang duta besarnya dari Phnom Penh, dan mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok.
Kamis (24/7/2025), Thailand mengerahkan pesawat tempur F-16 ke wilayah konflik guna menggempur pasukan Kamboja. Rudal yang ada di pesawat F-16 itu ditembakkan dengan menyasar kamp militer Kamboja.
Sedikitnya, 16 orang tewas akibat perang selama tiga hari berturut-turut ini. 14 korban tewas terdiri dari 13 warga sipil dan satu tantara Thailand tewas. Satu korban tewas dan lima lainnya luka-luka dari kubu Kamboja.
Simbol Kedaulatan
Candi Preah Vihear berdiri sejak abad ke-11 pada masa Kekaisaran Khmer, nenek moyang bangsa Kamboja modern. Kontrol atas kawasan ini berpindah-pindah antara Kekaisaran Khmer dan Kerajaan Siam (Thailand).
Setelah UNESCO menetapkan kuil tersebut sebagai warisan dunia milik Kamboja, eskalasi konflik terjadi, termasuk bentrokan bersenjata, penempatan pos militer, dan evakuasi warga di wilayah sekitar. Konflik ini terus memanas hingga pertengahan 2025 dengan serangan militer yang lebih intens.
Jika berdasarkan antara dua kerajaan tersebut di atas, maka konflik antara Thailand dengan Kamboja sudah ada sejak abad ke-13. Artinya, konflik antar dua negara sudah berlangsung sejak beribu-ribu tahun lalu.
Guna mendamaian kedua kubu yang berkonflik, sebelumnya dibentuk Thai-Cambodian Joint Boundary Commission. Tugas lembaga ini melakukan mediasi antara kedua negara agar konflik berakhir. Terutama terkait pembuatan peta yang diterima kedua negara. Sayangnya, hingga kini sengketa itu belum tuntas.
Candi Preah Vihear bukan hanya situs arkeologi dan budaya penting, tetapi juga simbol nasionalisme dan sumber klaim kedaulatan wilayah yang menimbulkan ketegangan politik dan militer antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini menyentuh aspek sejarah, hukum internasional, dan politik yang sulit diselesaikan secara cepat.(*)