NARAKITA, SEMARANG – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang menyatakan keluar dari keanggotaan Aliansi BEM Seluruh Indonesia (SI) Kerakyatan.
Keputusan BEM Unissula menyusul BEM Universitas Gadjah Mada (UGM) dan BEM Universitas Diponegoro (Undip) yang hengkang lebih dulu.
“Kami musyawarah, sepakat memutuskan mundur dari BEM SI. Itu tiga hari setelah acara Munas selesai,” ujar Ketua BEM Unissula, Wiyu Ghaniy Allathif, Jumat (25/7/2025).
Musyawarah Nasional (Munas) XVIII BEM SI berlangsung di Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada 13-19 Juli 2025 dinilai menjadi forum yang sarat intervensi politik dan bahkan menormalisasi aksi kekerasan.
Acara yang seharusnya menjadi agenda strategis malah dihadiri pejabat, mulai dari Kemenpora, Wakil Gubernur Sumbar, Kapolda Sumbar, Kepala BIN Daerah Sumbar, hingga Ketum Partai Perindo.
“Kami sangat menyayangkan apa yang terjadi di Munas,” kata Wiyu.
Seharusnya, kata dia, mengacu teori check and balance, gerakan mahasiswa seperti Aliansi BEM SI perlu ada namanya jarak dengan pemerintah agar kritik dapat berjalan terbuka.
“Kalau dekat seperti itu, meskipun dalam sambutan itu disebut sebagai konsep pentaholik dan lain sebagainya, bagi kami itu sangat rancu,” kritiknya.
Menurut Wiyu, dinamika politik dalam Munas tidak sehat, apalagi ada praktik-praktik kekerasan. Munas yang seharusnya menjadi forum adu gagasan, tapi malah jadi ajang saling pukul.
“Perdebatan yang tidak ada substansinya tapi sampai ada kekerasan. Nah, itu yang membuat kami kecewa,” bebernya.
Yang lebih miris, Munas menjadi ajang rebutan jabatan. Peraturan yang menjadi landasan penyelenggaraan Munas BEM SI tak dihiraukan demi memenuhi hasrat kepentingan politik bagi segelintir kelompok. *bae