NARAKITA, JAKARTA – Ketenangan pagi akhir pekan di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, mendadak pecah oleh suara yang tak lazim. Suara desahan wanita yang terdengar dari pengeras suara publik di area itu sontak mengundang perhatian dan kegaduhan para pengunjung.
Kejadian tersebut berlangsung pada Sabtu (12/7/2025) dan langsung menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Banyak warganet mengaku mendengarnya secara langsung saat sedang berolahraga atau bersantai di area GBK.
Video berdurasi pendek yang merekam momen tersebut mulai menyebar luas di platform seperti Instagram dan X. Suara yang terekam terdengar jelas berasal dari toa yang biasanya digunakan untuk musik atau pengumuman resmi.
Sejumlah unggahan dari warganet memperlihatkan reaksi kaget hingga geli. Tidak sedikit yang langsung menebak bahwa kejadian itu disebabkan oleh kesalahan teknis atau kelalaian operator yang mengakses pemutar suara di GBK.
Salah satu unggahan viral berasal dari akun X yang mengungkap, “Baru juga stretching, tiba-tiba suara itu keluar dari speaker. Semua orang di sekitar langsung berhenti dan saling pandang.”
Akun lain menambahkan dengan nada guyonan, “Kayaknya ada yang lupa disconnect bluetooth, terus playlist pribadi malah masuk ke speaker publik.”
Unggahan tersebut kemudian dikutip ulang oleh akun hiburan @lambe_turah, yang memperluas jangkauan video dan komentar netizen ke khalayak yang lebih luas. Dalam waktu singkat, insiden ini pun menjadi viral.
Menanggapi kehebohan yang terjadi, pihak pengelola GBK melalui Manajemen Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK-GBK) memberikan klarifikasi dan permohonan maaf secara resmi.
“Manajemen PPKGBK menyampaikan permohonan maaf atas insiden suara tidak pantas yang sempat terdengar melalui pengeras suara di area publik,” tulis pihak GBK dalam keterangan tertulis.
Mereka menegaskan bahwa kawasan GBK adalah ruang terbuka yang digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan keluarga, sehingga kejadian seperti itu sangat disesalkan.
Dalam hasil evaluasi awal, pihak GBK mengungkap bahwa insiden tersebut terjadi akibat kelalaian petugas yang memutar playlist musik bebas hak cipta tanpa melakukan pengecekan konten terlebih dahulu.
“Petugas tersebut tidak menyadari bahwa dalam daftar putar tersebut terdapat file suara yang tidak pantas untuk diputar di ruang publik,” lanjut pernyataan dari pihak pengelola.
Sebagai langkah tindak lanjut, sistem pengoperasian pemutar audio di GBK kini diperketat. Hanya personel yang telah diverifikasi dan memiliki izin resmi yang dapat mengakses sistem tersebut.
Manajemen GBK juga menyampaikan bahwa evaluasi internal telah dilakukan dan petugas yang bersangkutan telah mendapat teguran keras sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kelalaiannya.
Langkah lain yang diambil adalah pembaruan sistem pengawasan konten audio dan pelatihan teknis bagi seluruh petugas operator agar memahami standar keamanan dan etika siaran di ruang publik.
“Prosedur teknis kini diperbarui, termasuk pemeriksaan rutin konten audio dan penyaringan daftar putar agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” ungkap manajemen.
Pihak pengelola juga berjanji akan lebih proaktif melakukan kontrol terhadap semua perangkat dan sistem suara di seluruh area GBK agar sesuai dengan standar kelayakan ruang publik.
Insiden ini memunculkan diskusi lebih luas soal pentingnya kontrol konten dan etika penggunaan perangkat suara di ruang terbuka, terlebih yang digunakan masyarakat secara umum.
Tak sedikit masyarakat yang mendukung langkah cepat manajemen GBK dalam merespons insiden tersebut, namun juga menuntut agar kejadian memalukan seperti ini tak terjadi lagi di masa mendatang.
GBK, sebagai salah satu ikon olahraga dan rekreasi di Ibu Kota, diharapkan tetap menjadi ruang aman dan nyaman bagi semua kalangan untuk beraktivitas.
Insiden suara desahan ini menjadi pengingat bahwa kecanggihan teknologi juga menuntut kehati-hatian dan tanggung jawab ekstra dari para pengelolanya.
Manajemen GBK pun menutup pernyataannya dengan komitmen kuat untuk menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran penting dalam menjaga integritas ruang publik.
Dengan pengetatan sistem dan pelatihan ulang, pihak GBK berharap insiden memalukan tersebut tidak akan kembali terulang. (*)