MALAM di perairan Selat Bali mendadak berubah menjadi momen penuh kepanikan bagi penumpang KMP Tunu Pratama Jaya. Kapal penyeberangan yang mengangkut puluhan orang itu tiba-tiba mengalami gangguan serius pada mesin dan listrik sebelum akhirnya tenggelam.
Farid, salah satu penumpang asal Banyuwangi, menceritakan detik-detik mengerikan itu. Ia menyebut lampu kapal sempat padam lalu menyala kembali beberapa detik sebelum akhirnya mati total.
“Lampu tiba-tiba mati terus nyala sebentar. Mesin juga berhenti. Habis itu kapal langsung miring dan tenggelam. Semua terjadi sangat cepat,” ungkap Farid kepada petugas, Kamis (3/7).
Pihak kepolisian menyebut bahwa sebanyak 27 penumpang ditemukan di pesisir Pantai Pebuahan, Desa Bayubiru, Jembrana, Bali, sekitar pukul 06.00 WITA. Dari jumlah itu, 23 orang selamat dan empat lainnya ditemukan tak bernyawa.
“Korban ditemukan di sekitar pantai. Ada yang selamat, ada pula yang meninggal. Proses evakuasi langsung dilakukan sejak pagi,” ujar Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol Ariasandy.
Sebagian penumpang yang selamat sementara ditampung di rumah warga, sebelum dievakuasi lebih lanjut. Sementara empat korban tewas telah dibawa ke kamar jenazah RSU Negara.
Ariasandy menjelaskan bahwa kapal diduga mengalami kebocoran di ruang mesin. Bocoran tersebut memicu matinya mesin, hingga akhirnya kapal kehilangan keseimbangan dan terbalik.
“Pukul 00.16 WITA, kapal sempat meminta pertolongan melalui channel 17. Mereka laporkan ada kebocoran mesin. Selang beberapa menit, kapal blackout dan terbalik,” jelasnya.
Pukul 00.19 WITA, aliran listrik di kapal dilaporkan padam sepenuhnya. Beberapa saat kemudian, kapal lainnya, KMP Tunu Pratama Jaya 3888, mengabarkan bahwa kapal sudah dalam posisi terbalik dan terbawa arus.
Dayat, penumpang lain yang juga selamat, mengatakan ia hanya bisa bertahan dengan pelampung dan berenang sejauh mungkin. “Saya cuma pasrah. Gelap, kapal sudah enggak kelihatan. Untung bisa mengapung sampai ke pinggir,” katanya.
Korban selamat segera dievakuasi ke Pelabuhan Gilimanuk. Enam di antaranya dibawa ke Puskesmas Banyubiru karena mengalami keluhan kesehatan seperti mual, pusing, dan sesak napas.
Tim penyelamat dari Basarnas, TNI AL, dan Polairud terus melakukan pencarian lanjutan. Mereka menyisir sekitar perairan untuk memastikan tidak ada korban lain yang tercecer atau belum ditemukan.
Kementerian Perhubungan menyatakan akan segera melakukan investigasi menyeluruh. Pemeriksaan menyasar penyebab kebocoran, kondisi teknis kapal, hingga prosedur keselamatan selama pelayaran.
Warga di sepanjang pesisir Jembrana juga diminta ikut membantu dengan melaporkan jika menemukan barang-barang milik korban atau tanda-tanda keberadaan korban lainnya.
Tragedi ini menyentak banyak pihak, terutama karena jalur Ketapang–Gilimanuk merupakan jalur penyeberangan tersibuk di Indonesia. Standar keselamatan pun kembali menjadi sorotan.
Sementara itu, pihak operator kapal belum memberikan keterangan resmi. Hingga kini, otoritas pelabuhan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mempercepat penanganan pascakejadian.
Dalam situasi darurat yang berlangsung cepat, para penumpang tak sempat menyelamatkan barang apa pun. Fokus mereka hanya satu: menyelamatkan nyawa masing-masing.
Pemerintah daerah telah menyiapkan posko darurat dan menyalurkan bantuan logistik bagi para korban dan keluarganya yang menunggu kabar di pelabuhan maupun di lokasi evakuasi.
“Ini kejadian yang menyedihkan. Tapi kami terus berupaya memberikan penanganan terbaik dan mencari tahu penyebab pastinya,” tutup Ariasandy. (*)