NARAKITA, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto kembali melontarkan pernyataan keras yang mengarah pada kemungkinan perombakan jajaran menteri. Di hadapan publik, Prabowo menegaskan bahwa pemerintahannya membutuhkan orang-orang yang sanggup bekerja cepat, efisien, dan sepenuh hati demi kepentingan bangsa.
Peringatan itu disampaikan saat ia menghadiri peresmian Groundbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6).
Dalam sambutannya, Prabowo menyebutkan bahwa dirinya bersyukur atas kerja keras sebagian anggota kabinet, namun ia juga tidak ragu menyatakan bahwa yang tak mampu mengikuti irama kerja akan ditinggalkan.
Pernyataan tersebut langsung mengundang spekulasi bahwa Prabowo tengah mempertimbangkan langkah tegas berupa reshuffle atau kocok ulang posisi menteri dalam waktu dekat. Ia menyiratkan bahwa hanya mereka yang benar-benar siap bekerja untuk rakyat yang akan dipertahankan.
Menurut Prabowo, rakyat Indonesia menginginkan perubahan nyata, bukan sekadar janji. Karena itu, tidak boleh ada pembantu presiden yang bekerja setengah hati atau hanya sibuk dengan pencitraan. Ia juga menegaskan bahwa jabatan bukan tempat bermain, melainkan ladang pengabdian.
Sinyal reshuffle ini bukan yang pertama kali disampaikan Prabowo. Sebelumnya, dalam acara Hari Lahir ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) di awal Februari lalu, ia juga telah mengeluarkan peringatan serupa. Ia menyatakan akan mengambil tindakan terhadap menteri yang tetap membandel meskipun telah diberi peringatan berkali-kali.
Dalam kesempatan itu, Prabowo bahkan menyebut akan menindak mereka yang tidak setia terhadap arah besar pemerintahan, yang tidak disiplin, serta tidak mendukung langkah pemberantasan korupsi. Sikap ini ia tegaskan sebagai bagian dari upaya menjaga marwah pemerintahan yang bersih dan tegas.
Tidak hanya berhenti di situ, Prabowo juga memanfaatkan momen peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila untuk menyerukan perlawanan terhadap korupsi. Ia mengatakan, kekayaan bangsa sangat besar, namun masih saja dikuras oleh oknum-oknum yang mengkhianati amanah rakyat.
Dengan nada tinggi, Prabowo menyebut para koruptor sebagai maling yang mencuri uang rakyat dan menggerogoti kekayaan negara. Ia menekankan bahwa seluruh lapisan masyarakat harus ikut serta dalam pengawasan dan tidak boleh diam terhadap penyelewengan.
Ia bahkan mendorong rakyat untuk tak segan-segan menyuarakan kebenaran. Jika ada bukti pelanggaran, katanya, harus segera dilaporkan dan disebarkan, agar tidak ada lagi pejabat yang merasa kebal hukum.
Lebih jauh, Prabowo menegaskan bahwa kesetiaan terhadap negara dan konstitusi merupakan prinsip mutlak yang tak bisa ditawar. Setiap pejabat, tanpa memandang jabatan, latar belakang partai, atau hubungan keluarga, harus tunduk pada Undang-Undang Dasar dan nilai-nilai Pancasila.
Menurut Prabowo, pejabat yang menyimpang atau tidak menjalankan tugas dengan baik, seharusnya sadar diri dan memilih mundur secara terhormat sebelum diberhentikan secara paksa oleh presiden.
Pernyataan ini mempertegas komitmen Prabowo dalam menata ulang pemerintahan yang kuat dan bersih. Kabinet Merah Putih di bawah kepemimpinannya sedang memasuki fase penajaman arah dan konsolidasi ulang.
Dengan semakin kuatnya tekanan publik dan evaluasi internal yang terus berjalan, reshuffle kabinet tampaknya bukan lagi sekadar ancaman. Jika peringatan Presiden tak digubris, perombakan kabinet bisa segera menjadi kenyataan.
Publik kini menantikan langkah lanjutan dari Presiden. Apakah reshuffle akan terjadi dalam waktu dekat? Dan siapa saja yang akan tetap bertahan di lingkaran kekuasaan?
Satu hal yang pasti, Prabowo tak segan menyingkirkan siapa pun yang tak sejalan dengan semangat pengabdian total. Pemerintahannya hanya memberi tempat bagi mereka yang mau bekerja sungguh-sungguh untuk bangsa dan negara. (*)