NARAKITA, JAKARTA – Kepolisian Negara Republik Indonesia tengah mengintensifkan penyelidikan terhadap kasus ancaman bom yang menimpa penerbangan Saudia Airlines yang membawa ratusan jemaah haji asal Indonesia. Dalam proses pengungkapan, Polri turut menggandeng Federal Bureau of Investigation (FBI) dari Amerika Serikat untuk menelusuri jejak digital pengirim email mencurigakan tersebut.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengonfirmasi bahwa pihaknya sedang menjalin kerja sama internasional guna menelusuri lebih dalam asal-usul email ancaman yang memicu kepanikan dan pendaratan darurat pesawat.
“Kami sedang bekerja sama dengan FBI untuk mengidentifikasi sumber dan keabsahan email tersebut,” ujar Kapolri di Jakarta, Sabtu (21/6/2025).
Ia menambahkan, terdapat sejumlah kejanggalan yang terdeteksi dari alamat pengirim email. Salah satunya adalah ketidaksesuaian antara nama pengirim dengan pemilik alamat email tersebut. Hal inilah yang memunculkan dugaan adanya unsur manipulasi digital.
Temuan awal menunjukkan bahwa email itu terlacak berasal dari wilayah Arab Saudi. Namun demikian, pihak kepolisian masih memverifikasi apakah pengiriman benar dilakukan dari sana, atau hanya sekadar menggunakan server atau jaringan dari negara tersebut sebagai kamuflase.
Insiden bermula pada Selasa (17/6/2025), ketika pesawat Boeing 777-300ER dengan nomor registrasi HZ-AK32 milik Saudia Airlines yang membawa 442 jemaah haji asal Indonesia, menerima informasi adanya ancaman bom. Rute penerbangan dari Jeddah menuju Jakarta pun dialihkan secara darurat ke Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.
Prosedur pengamanan segera diterapkan. Unit penjinak bom dari Gegana Polri langsung dikerahkan ke landasan pacu untuk memastikan tidak ada benda mencurigakan dalam pesawat. Selain memeriksa badan pesawat, para petugas juga memeriksa seluruh penumpang dan barang bawaannya secara ketat.
“Dari hasil pemeriksaan menyeluruh, tidak ditemukan benda yang menyerupai bahan peledak atau yang mengarah ke potensi teror,” tegas Kapolri. Proses penyisiran dilakukan hingga tuntas untuk menjamin keamanan jemaah.
Meski kejadian tersebut menciptakan ketegangan, para penumpang tetap tenang dan mengikuti arahan awak kabin serta petugas bandara. Situasi dapat dikendalikan dengan baik berkat koordinasi antara otoritas penerbangan, kepolisian, dan kru maskapai.
Pascainsiden, pemerintah melalui Kementerian Agama turut menjalin komunikasi intensif dengan pihak Saudia Airlines untuk menjamin kelancaran keberangkatan maupun kepulangan jemaah haji. Pihak maskapai juga diminta meningkatkan sistem keamanan komunikasi dan data.
Polri menyatakan bahwa penyelidikan ini tak bisa dilakukan sendiri. Kerja sama lintas negara diperlukan karena pelaku memanfaatkan jalur teknologi dan jaringan global. Dalam konteks ini, peran FBI dianggap krusial untuk mendalami rekam jejak digital lintas batas.
Upaya identifikasi terhadap pengirim ancaman masih berlangsung. Fokus utama saat ini adalah mengungkap motif di balik aksi tersebut, serta memastikan tidak ada potensi ancaman lanjutan terhadap penerbangan lain, terutama di tengah musim haji.
Selain itu, penyelidikan juga menyoroti kemungkinan aksi sabotase digital. Pakar keamanan siber turut dilibatkan untuk menelusuri kemungkinan adanya upaya rekayasa informasi dengan niat mengganggu stabilitas transportasi udara internasional.
Hingga kini, pihak berwenang masih menunggu hasil pendalaman digital forensik terhadap email tersebut. Informasi lebih lanjut mengenai pelaku akan diumumkan setelah ada bukti konkrit yang mengarah pada satu identitas tertentu.
Kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh informasi menyesatkan yang beredar di media sosial seputar insiden ini. Semua perkembangan resmi akan disampaikan melalui jalur institusional.
Jajaran pengamanan di bandara nasional pun turut ditingkatkan sebagai langkah preventif. Deteksi dini dan pengawasan ekstra diberlakukan terhadap penerbangan yang memiliki kerawanan tinggi, terutama yang membawa penumpang dalam jumlah besar.
Peristiwa ini menjadi peringatan penting bahwa kejahatan siber kini telah merambah dunia penerbangan dan ibadah. Keamanan digital harus menjadi prioritas dalam menjaga keselamatan jemaah dan operasional maskapai.
Dengan keterlibatan FBI dan lembaga internasional lain, Indonesia menunjukkan keseriusannya dalam menangani isu ini secara tuntas dan transparan. Harapannya, penyelidikan lintas negara ini bisa segera membawa hasil yang jelas dan adil.
Pihak maskapai Saudia Airlines sendiri menyatakan komitmen mereka untuk bekerja sama penuh dengan otoritas Indonesia. Mereka juga berterima kasih atas penanganan cepat dari otoritas bandara dan aparat keamanan Indonesia.
Masyarakat dan keluarga jemaah haji di Tanah Air kini bisa bernapas lega setelah seluruh penumpang dipastikan selamat dan tidak ada korban luka. Namun, kasus ini menjadi peringatan keras bahwa ancaman dunia maya harus ditanggapi serius di era digital. (*)