CRISTIANO Ronaldo kembali menciptakan momen bersejarah, kali ini bukan hanya karena golnya, tetapi juga air matanya. Di usia 40 tahun, sang megabintang mencetak gol penyeimbang dalam laga final UEFA Nations League 2025 melawan Spanyol di Allianz Arena, Senin (9/6/2025) dini hari WIB.
Pertandingan berlangsung dramatis sejak awal. Spanyol lebih dulu unggul, namun Portugal menolak menyerah. Di tengah tekanan dan sorakan lawan, Ronaldo menyelamatkan timnya lewat sebuah gol penting yang mengubah jalannya laga.
Umpan silang dari Nuno Mendes di menit ke-61 sempat membentur pemain belakang Spanyol, namun bola mengarah tepat ke kaki Ronaldo. Tanpa pikir panjang, ia melepaskan tembakan kaki kanan yang bersarang di pojok gawang. Skor imbang 1-1.
Gol tersebut menjadi yang ke-138 bagi Ronaldo bersama timnas Portugal, sekaligus gol ke-938 dalam karier profesionalnya. Sebuah capaian luar biasa bagi pemain yang sudah menginjak kepala empat.
Sayangnya, Ronaldo tak bisa menuntaskan pertandingan hingga peluit panjang. Ia terlihat mengalami masalah pada otot pahanya dan ditarik keluar di menit ke-86, digantikan oleh Goncalo Ramos.
Ia lalu menyaksikan sisa laga dari bangku cadangan, dengan wajah tegang dan sorot mata penuh harap. Ketika adu penalti digelar dan Ruben Neves mengeksekusi tendangan terakhir yang memastikan kemenangan Portugal, Ronaldo langsung menutupi wajahnya.
Tak lama, ia menangis. Tangis yang bukan karena kesedihan, melainkan luapan emosi setelah perjuangan panjang. Kamera menangkap ekspresinya dengan jelas—bahu yang bergetar, wajah yang tertutup tangan, dan mata yang tak kuasa membendung air mata.
Ini menjadi trofi internasional ketiga Ronaldo bersama Portugal, setelah menjuarai Euro 2016 dan UEFA Nations League 2019. Tapi gelar kali ini terasa berbeda. Ia lebih tua, lebih dewasa, dan mungkin sadar bahwa kesempatan mengangkat trofi bersama timnas semakin terbatas.
Tangisnya mengingatkan publik akan Euro 2016, ketika ia juga menangis karena cedera di final, namun tetap mendampingi tim dari pinggir lapangan dan akhirnya mengangkat trofi. Kini, momen serupa terulang, namun dengan bobot emosional yang lebih dalam.
Pelatih Roberto Martínez memuji peran besar Ronaldo dalam tim. “Ia bukan hanya pencetak gol, tapi simbol perjuangan. Dia menunjukkan pada generasi muda apa artinya mencintai timnas,” ujarnya.
Sementara itu, Nuno Mendes, yang memberi assist untuk gol Ronaldo, dianugerahi gelar Man of the Match. Ia menyebut Ronaldo sebagai “pemain yang tak pernah berhenti membuat kami percaya.”
Ronaldo belum memberi pernyataan resmi apakah ini akan menjadi turnamen terakhirnya. Namun banyak yang menilai, jika ini adalah salam perpisahan, maka ia menutupnya dengan cara yang sangat emosional dan bermartabat.
Di tribun, suporter Portugal meneriakkan namanya dan mengibarkan spanduk bertuliskan “Obrigado, Ronaldo!” Sebuah ucapan terima kasih untuk pengabdian luar biasa yang ia berikan selama lebih dari dua dekade.
Malam itu, Allianz Arena bukan sekadar menjadi saksi kemenangan Portugal, tapi juga panggung bagi seorang legenda yang membiarkan dunia melihat sisi paling manusiawinya.
Tangis Ronaldo adalah pelengkap dari kisah epik. Ia telah memberikan segalanya—kaki, tenaga, waktu, dan hati—untuk Portugal. Dan malam itu, semua air mata itu terasa pantas. (*)