SEJAK berdiri pada 1972, ini kali pertama klub hasil merger Paris FC dan Stade Saint-Germain sukses mengangkat “si kuping besar”. Setelah gagal secara dramatis pada final musim 2019/2020 kontra Bayern Munich 0-1, PSG menuntaskan misi mustahil menjadi juara Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah klub.
Kemenangan telak 5-0 yang dibukukan saat menggulung Inter Milan pada final yang mentas di Allianz Arena, Munich, Minggu (1/6) dini hari tersebut menjadi skor terbesar pada partai final dari ajang yang mulai digelar sejak 1955 dan berganti format pada musim 1992/1993 tersebut.
Trofi Liga Champions menjadi pelengkap kesuksesan anak-anak asuhan Luis Enrique musim ini. Ya, musim ini PSG sukses meraih treble winners (Ligue 1, Coupe de France, dan Liga Champions). Hebatnya, keberhasilan tersebut diraih tanpa trio megabintang yang selama ini jadi andalan: Messi, Neymar, dan Mbappe.
Pencapaian tersebut menjadikan PSG sebagai ke-11 yang mampu meraih treble winners (juara liga, piala domestik dan UCL). PSG kini berani mensejajarkan namanya dengan klub-klub elite seperti Barcelona, Bayern Munich, Manchester United, dan Inter Milan. PSG kini telah resmi masuk klub elit sepak bola Eropa.
Rekor Sempurna Enrique
Bagi sang pelatih, Luis Enrique, keberhasilannya membawa PSG memenangi Liga Champions menjadikannya sebagai satu-satunya pelatih yang memiliki rekor sempurna di final dengan 11 kemenangan dari sebelas kali penampilan. Sebuah rekor yang sepertinya mustahil disamai oleh siapapun.
Hal tersebut membuktikan keberhasilan pelatih asal Spanyol tersebut meracik tim sekaligus piawai dalam strategi. Skuad muda yang diusungnya musim ini mampu menampilkan permainan yang impresif dan berbahaya.
Dua pemain muda, Desire Doue (19 tahun) dan Senny Mayulu (18 tahun) tampil luar biasa di final dan menjadi mimpi buruk Inter Milan. Doue mencetak brace dan assist, sedangkan Mayulu menutup pesta dengan gol kelima.
Atas kemenangan ini, PSG otomatis melaju ke Piala Super UEFA 2025 kontra Tottenham Hotspurs, Piala Interkontinental FIFA 2025 dan Piala Dunia Antarklub FIFA 2029.
Torehan apik PSG musim 2024/2025 ini tak sekadar menjadi titik balik dalam sejarah klub, tapi juga juga sebagai titik tolak kebangkitan sepak bola Prancis di Eropa. Jika ini baru permulaan, maka dunia harus bersiap menghadapi tren baru sepak bola dunia, tanpa bintang besar, tapi sukses tampil impresif. (T. Budianto)