Senin, 23 Jun 2025
  • Feed
  • Like
  • Save
  • Aktivitas
  • Blog
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
🔥 HOT NEWS
3,8 Juta Warga Manfaatkan Layanan Speling dan Cek Kesehatan Gratis Pemprov Jateng
Kasus Korupsi Rp237 Miliar BUMD Cilacap Pecahkan Rekor Kerugian Terbesar Korupsi Tingkat Kabupaten
Menteri LH: Daerah yang Gagal Kelola Sampah ‘Dianugerahi’ Predikat Kota Kotor
Luthfi Targetkan Rumah Tak Layak Huni Tuntas dalam Lima Tahun
Haul ke-55 Bung Karno, Puan Maharani: Warisan Gagasannya Relevan Sepanjang Zaman
Font ResizerAa
narakita.idnarakita.id
  • Terkini
  • Sport
  • Serba-serbi
  • Opini
Search
  • Terkini
    • Kriminalitas dan Hukum
    • Politiik
  • Sport
    • Sepak Bola
  • Serba-serbi
  • Opini
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2022 Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Terkini

Harapan Petani Tambak Semarang Pupus, ‘Mati’ Bersama Ratusan Ribu Bandeng Yang Bertumbangan

T. Budianto
Last updated: Mei 30, 2025 6:32 pm
T. Budianto
Mei 30, 2025
Share
4 Min Read
Imam, salah satu petambak bandeng di Terboyo Kulon, Genuk, Kota Semarang memandangi ikan-ikannya yang mati, kemarin. Tingginya pencemaran air di wilayah tersebut membuat para petambak mengalami gagal panen. (Foto: Bai)
SHARE

Sore itu di pesisir Terboyo Kulon, Semarang, langit mendadak mendung. Hamparan tambak sekira tiga hektare tampak sunyi. Tak ada suara riuh ikan meloncat atau keramba yang bergetar. Hanya air yang menggenang pekat, menyimpan getir dari ratusan ribu benih ikan bandeng yang mati tak lama setelah ditebar.

 

DI tepi tambak itu, Imam (45) berdiri memandangi kolamnya yang kini seperti kuburan massal bagi ikan-ikan bandeng yang gagal tumbuh besar. “Yang mati kalau lima ton, ada, lebih,” tuturnya pelan, suaranya nyaris tenggelam oleh deru angin laut.

Imam adalah satu dari sekian banyak penggarap tambak di pesisir Semarang yang kehilangan mata pencaharian akibat pencemaran lingkungan. Pria asal Bangetayu, Genuk, Semarang ini sudah menekuni budidaya ikan sejak 2001. Tambak yang dia kelola saat ini bukan milik pribadi, hanya digarap berdasarkan kesepakatan kerja sama. Tapi ia memperlakukannya seolah milik sendiri, menanam harapan dan masa depan keluarga di air tambak itu.

Dengan modal sendiri, Imam membeli bibit, memberi pakan, dan merawat tambak hingga waktunya panen. Tapi panen itu tak pernah datang. Limbah mencemari air, membunuh ribuan ikan. Kerugian? Imam menghitungnya pelan, “Rugi Rp108 juta,” ucapnya masygul.

Tak ada pemasukan sejak ikan-ikan itu mati. Namun istri dan tiga anaknya tetap harus makan. Imam kini menggantungkan hidupnya pada harapan yang nyaris tak bersisa. “Usaha saya dari dulu yang cuma tambak. Hanya itu yang saya bisa,” ujarnya dengan getir.

Meski begitu, ia masih mencoba peruntungan. Tiga pekan setelah kejadian, ia kembali menebar 120.000 ekor benih bandeng, membeli dari langganan lamanya seharga Rp115.000 per seribu ekor. Namun keajaiban tak datang. Keesokan harinya, benih-benih itu mati lagi. “Saya tebar hari Sabtu, hari Minggu langsung pada mati,” katanya sambil menghela napas panjang.

Imam bukan satu-satunya yang mengalami nasib tragis. Slamet Ari Nugroho, Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Jawa Tengah, menyebutkan setidaknya ada sepuluh penggarap tambak lain di wilayah Terboyo Kulon yang melaporkan kejadian serupa: ikan-ikan mati massal, pendapatan lenyap, masa depan masih menjadi teka-teki.

KNTI kini tengah mendampingi mereka untuk menuntut ganti rugi dari pihak yang diduga mencemari lingkungan. “Kami mendesak tanggung jawab dari industri pencemar. Para petambak ini kehilangan seluruh penghasilan mereka,” tegas Slamet.

Kombinasi Mematikan

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Arwita Mawarti mengakui adanya pencemaran lingkungan di wilayah tersebut. Hasil penelitian lembaganya menyebutkan bahwa kematian massal ikan disebabkan oleh akumulasi polutan dari limbah industri dan domestik. Sebuah kombinasi yang mematikan bagi mahluk air.

Bukan hanya itu, perubahan pola aliran air dan banjir rob memperparah kondisi. Air laut yang masuk ke area tambak membawa serta pencemar dari kawasan industri di sekitarnya. Dalam kondisi itu, tidak ada ruang hidup bagi benih bandeng, hanya jalan menuju kematian.

Meski tambaknya seolah tak lagi bisa diandalkan, Imam tetap enggan menyerah. Ia tahu tak punya banyak pilihan. Tambak adalah satu-satunya keterampilan yang ia miliki, satu-satunya warisan yang bisa ia teruskan pada anak-anaknya, satu-satunya cara ia bertahan. “Masih berharap bisa panen lagi. Entah kapan air ini bersih,” ucapnya pelan.

Kini, ia hanya bisa menunggu. Menunggu tambaknya pulih. Menunggu keadilan dari mereka yang menyebabkan kerusakan. Dan menunggu pemerintah tidak sekadar mencatat kerugian, tapi benar-benar turun tangan memperbaiki.

Imam adalah potret nyata dari dampak pencemaran lingkungan di kawasan pesisir Jawa yang selama ini hanya menjadi bahan diskusi di kampus, aula pemerintah hingga hall hotel berbintang. Hanya tampak sebagai angka dan laporan di atas kertas. Padahal, di baliknya ada keluarga yang kehilangan nafkah dan anak-anak yang kehilangan masa depan. (bai)

TAGGED:Ratusan Ribu Bandeng Petani Tambak mati
Share This Article
Email Copy Link Print

T R E N D I N G

3,8 Juta Warga Manfaatkan Layanan Speling dan Cek Kesehatan Gratis Pemprov Jateng
Juni 23, 2025
Kasus Korupsi Rp237 Miliar BUMD Cilacap Pecahkan Rekor Kerugian Terbesar Korupsi Tingkat Kabupaten
Juni 23, 2025
Menteri LH: Daerah yang Gagal Kelola Sampah ‘Dianugerahi’ Predikat Kota Kotor
Juni 23, 2025
Luthfi Targetkan Rumah Tak Layak Huni Tuntas dalam Lima Tahun
Juni 23, 2025
Haul ke-55 Bung Karno, Puan Maharani: Warisan Gagasannya Relevan Sepanjang Zaman
Juni 23, 2025

Berita Terkait

Terkini

Bupati Amel Tegaskan Komitmen ASN Baru: Bukan Sekadar Status, Tapi Amanah Pelayanan

Nugroho P.
Terkini

Terungkap, Alwin Berencana Kondisikan Proyek Rp500 Miliar di Pemkot Semarang

T. Budianto
Terkini

Kapolri Cium Tangan Megawati Soekarnoputri saat Acara Ini

Nugroho P.
Terkini

Meriyati Hoegeng, Teladan Kesetiaan di Balik Sosok Polisi Jujur

T. Budianto
  • Home
  • Kantor dan Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat Penggunaan (Term of Use)
narakita.id
Facebook Twitter Youtube Rss Medium

Narakita merupakan media kolaboratif dengan tagline “New Hope for Everyone” yang membuka ruang untuk semua ide, semua koneksi dan semua masa depan.

Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?