NARAKITA, JAKARTA – Kabar duka menyelimuti keluarga jurnalis Najwa Shihab. Suaminya, Ibrahim Sjarief Assegaf, berpulang pada Selasa, 20 Mei 2025, di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON), Jakarta. Setelah menjalani masa perawatan intensif, Ibrahim tutup usia dan disemayamkan di rumah duka kawasan Jakarta Selatan.
Ibrahim dikenal bukan hanya sebagai figur di dunia hukum, tapi juga sebagai pendamping hidup yang setia bagi Najwa. Ia menjabat sebagai Managing Partner di firma hukum ternama Assegaf Hamzah & Partners, serta turut membidani lahirnya Hukumonline. Keduanya dipertemukan di bangku Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tempat cinta mereka bertumbuh sejak masa kuliah.
Pada masa-masa sebelum kabar duka ini datang, Najwa pernah membagikan momen hangat di media sosial. Tepat pada Hari Raya Idulfitri 2025, ia mengunggah potret keluarga yang kini menjadi unggahan publik terakhir dirinya bersama sang suami. Unggahan itu pun kini dipenuhi doa dan ungkapan belasungkawa dari warganet.
Hangatnya Momen Idulfitri: Potret Keluarga yang Menyentuh
Pada 1 April 2025, Najwa mempublikasikan foto keluarga kecilnya. Ia, sang putra Izzat Assegaf, dan almarhum Ibrahim tampak duduk santai di ruang tamu modern dengan rak buku sebagai latar. Kucing peliharaan yang dipangku oleh Ibrahim dan Izzat menjadi aksen manis dalam potret tersebut.
“Selamat Lebaran teman2. Salam dari keluarga Assegaf dan Shihab,” tulis Najwa singkat namun penuh makna.
Kini, foto tersebut bukan sekadar ucapan Idulfitri biasa, melainkan simbol terakhir kebersamaan yang direkam secara publik. Potret itu tak hanya menyimpan kenangan, tapi juga jadi pengingat tentang cinta dan waktu yang tak pernah kita tahu batasnya.
Respons dari publik pun mengalir deras di kolom komentar. Doa dan simpati membanjiri akun Instagram Najwa.
Potret Multigenerasi: Kebersamaan Keluarga Besar Assegaf
Dalam unggahan lainnya, Najwa juga memperlihatkan potret keluarga besar Assegaf. Sekitar 15 anggota keluarga tampak berbaris rapi dengan busana putih berhiaskan corak pastel, memancarkan kehangatan khas Idulfitri. Potret ini bukan hanya mencerminkan tradisi, tetapi juga menunjukkan eratnya ikatan antargenerasi dalam keluarga.
Najwa berdiri di barisan atas, tersenyum hangat, menyatu dalam komposisi keluarga. Di bagian tengah, sepasang lansia—kemungkinan besar orang tua Ibrahim—duduk dengan anggun, menjadi simbol kebijaksanaan dan akar keluarga.
Setelah Ibrahim berpulang, potret ini seolah menyimpan beban emosi yang lebih dalam. Bagi keluarga Assegaf, foto ini kini menjadi warisan visual terakhir yang menyatukan seluruh anggota dalam satu bingkai, termasuk Najwa yang tak hanya menjadi istri, namun bagian utuh dari keluarga besar.
Keluarga Shihab: Warisan Intelektual yang Hidup dalam Potret
Tak hanya keluarga Assegaf, Najwa juga mengabadikan momen bersama keluarga besarnya—keluarga Shihab yang dikenal luas sebagai keluarga cendekiawan Muslim Indonesia. Dalam satu potret yang memperlihatkan 21 anggota keluarga lintas generasi, mereka tampak bersahaja dengan busana seragam putih dan krem, berlatarkan kaligrafi Arab yang menambah nuansa sakral.
Tengah foto dihiasi sosok Prof. Dr. Quraish Shihab, ayahanda Najwa, yang duduk dengan tenang mengenakan peci hitam dan tongkat di tangan. Komposisi foto itu mencerminkan nilai-nilai keilmuan, spiritualitas, dan kekuatan keluarga.
Kini, setelah kepergian Ibrahim, momen ini menjadi pengikat emosional yang lebih dalam. Foto tersebut tidak lagi sekadar dokumentasi Lebaran, tapi juga perjumpaan dua keluarga besar yang menyatu—Assegaf dan Shihab—melalui ikatan cinta Najwa dan Ibrahim.
Kenangan yang Menjadi Warisan
Dalam setiap potret yang dibagikan Najwa, tergambar jelas bahwa kebersamaan adalah nilai utama dalam hidupnya. Dari ruang tamu yang akrab, hingga foto keluarga besar yang penuh makna, semua menunjukkan bahwa cinta dan kebersamaan adalah pondasi dari kehidupan yang ia jalani bersama Ibrahim.
Kini, setelah kepergian sang suami, foto-foto itu menjadi pengingat tak ternilai—tentang waktu yang pernah ada, cinta yang terus hidup, dan kenangan yang akan abadi.