NARAKITA, BOGOR – Kasus keracunan massal kembali terjadi di Kota Bogor. Kali ini, ratusan siswa dari berbagai sekolah mengalami gejala keracunan usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Berdasarkan data terbaru, setidaknya 171 siswa terdampak, dengan 22 orang di antaranya harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Wakil Wali Kota Bogor Jenal Mutaqin menyatakan, sebanyak 7 pasien dirawat di RS Hermina, 4 orang di RS Azra, 6 orang di RS Islam, 1 orang di RS EMC, 2 orang di RS Graha Medika, dan 2 lainnya di RS Salak. Para korban umumnya mulai menunjukkan kondisi yang membaik, meski masih ada yang mengeluhkan mual dan belum sepenuhnya stabil.
Dinas Kesehatan Kota Bogor masih terus memantau situasi ini, terutama di sekolah-sekolah penerima program MBG. Tercatat ada 13 sekolah yang mendapatkan distribusi makanan dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bosowa Bina Insani.
Jenal Mutaqin mengimbau masyarakat agar segera mengakses layanan kesehatan jika muncul gejala keracunan, baik di puskesmas terdekat maupun melalui call center PSC 119.
“Pasien yang masih rawat jalan juga kami minta untuk segera ke puskesmas jika kembali merasakan gejala,” ujarnya.
Menurut hasil penyelidikan epidemiologi (PE) pada 8 Mei 2025, terdapat enam sekolah yang melaporkan kejadian keracunan, yaitu TK Bina Insani (18 orang), SD Bina Insani (2 orang), SMP Bina Insani (82 orang), SDN Kukupu 3 (9 orang), SDN Kedung Jaya 1 (16 orang), dan SDN Kedung Jaya 2 (43 orang).
Dari total 171 siswa yang terdampak, 22 di antaranya menjalani rawat inap, 29 rawat jalan, dan 120 mengalami keluhan ringan. Kasus ini terus dipantau oleh pihak berwenang untuk memastikan kondisi para siswa yang terdampak.
Pemerintah Kota Bogor hingga kini masih menunggu hasil uji laboratorium terkait sampel muntahan dan makanan dari dapur SPPG. Hasil uji ini sangat diperlukan untuk mengetahui sumber pasti penyebab keracunan.
“Kita belum bisa memastikan apakah keracunan ini berasal dari makanan, air, atau faktor lain. Semoga hasil lab yang keluar hari Minggu nanti bisa memberikan kejelasan,” ujarnya.
Gejala keracunan mulai dirasakan para siswa pada Selasa (6/5/2025) sore, setelah menyantap menu MBG. Namun, laporan pertama baru diterima pada Rabu (7/5/2025). Awalnya, jumlah siswa yang terdampak hanya 36 orang, namun angkanya terus meningkat hingga mencapai 171 orang.
Meningkatnya jumlah korban membuat orang tua siswa dan pihak sekolah merasa khawatir. Hingga saat ini, Dinas Kesehatan terus melakukan pemantauan intensif untuk memastikan tidak ada lagi penambahan kasus baru.
Pihak sekolah yang terdampak telah memberikan edukasi kepada para siswa dan orang tua agar lebih waspada terhadap gejala keracunan. Selain itu, upaya koordinasi dengan pihak dapur penyedia MBG juga terus dilakukan.
Kasus ini memicu keprihatinan publik karena program MBG yang semula bertujuan meningkatkan kesehatan siswa justru berujung pada kejadian tak terduga ini. Pemerintah Kota Bogor berkomitmen melakukan evaluasi menyeluruh agar kejadian serupa tidak terulang.
Dinas Kesehatan juga mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan yang disediakan secara massal. Upaya peningkatan kualitas kebersihan dan pengecekan bahan pangan akan diperketat sebagai langkah pencegahan.
Meski demikian, sebagian besar siswa yang dirawat telah menunjukkan perkembangan yang positif. Pihak rumah sakit berupaya memberikan penanganan terbaik agar kondisi mereka segera pulih.
Kasus keracunan akibat MBG ini masih dalam tahap investigasi. Pemerintah Kota Bogor berharap hasil uji laboratorium nantinya bisa memberikan titik terang mengenai penyebab pasti insiden ini, sehingga dapat dilakukan langkah penanganan yang lebih tepat.